PERANAN BANGSA INDONESIA DALAM PERDAMAIAN DUNIA (OKI, APEC, DAN OPEC)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam
suatu negara tidak dapat berdiri sendiri. Seperti halnya individu sebagai
makhluk sosial. Negara tentunya akan memerlukan negara atau komponen yang lain.
Bahkan ada pula negara yang memiliki keterkaitan serta ketergantungan dalam
aspek ekonomi, sosial, dan politik. Jika adanya keterkaitan antar negara dengan
negara lain tersebut tentunya ada sebuah hubungan yang baik. Salah satunya
merupakan negara kita sendiri yaitu negara Indonesia dengan negara-negara lain.
Dinamakan masyarakat global, ditandai adanya saling ketergantungan antar
bangsa, adanya persaingan yang ketat dalam suatu kompetisi dan dunia cenderung
berkembang kearah perebutan pengaruh antar bangsa, baik lingkup regional, ataupun
lingkup global.
Namun
pada kenyataanya masih banyak hubungan yang bertentangan antara negara satu
dengan yang lain. Yang mengakibatkan terjadinya konflik dan terusiknya
perdamaian dunia. Konflik biasanya dipicu dengan adanya masalah dalam hal
sosial, ekonomi, politik, agama maupun kebudayaan. Terjadinya konflik akibat
adanya keserakahan, kurang saling menghargai dan mengerti antara satu dengan
yang lain.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Apa Itu Perdamaian Dunia?
2.
Apa Saja Peranan Bangsa Indonesia Dalam Perdamaian Dunia ?
3.
Bagaimana Cara Mewujudkan Perdamaian Dunia ?
1.3 Tujuan Penulisan
Dari
Penulisan Makalah Ini Kita Dapat :
1.
Mengetahui Apa Itu Perdamaian Dunia.
2.
Peranan Bangsa Indonesia Dalam Perdamaian Dunia.
3.
Cara Untuk Mewujudkan Perdamaian Dunia.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Posisi Negara Dalam Era Global
Sebagai
suatu pendekatan, kondisi dan sebuah doktrin dasar nasional, ketahanan nasional
merupakan strategi pengembangan kemampuan nasional melalui penyelenggaraan
kesejahteraan dan keamanan yang seimbang pada seluruh aspek pendidikan.
Kemampuan nasional yang dikembangkan diharapkan mampu menghadapi ancaman yang
dapat membahayakan kelangsungan hidup bangsa dan negara. Dalam membahas
ketahanan nasional, sekarang ini kita tidak dapat melepaskan diri dari pengaruh
seluruh serta perkembangan kehidupan internasional. Hal ini karena globalisasi
dan perkembangan diluar negara turut mempengaruhi kelangsungan hidup bangsa dan
negara.
Globalisasi
adalah proses sosial yang muncul sebagai akibat dari kemajuan dan inovasi
tekhnologi serta perkembangan informasi dan komunikasi. Globalisasi abad XXI
diyakini berpengaruh besar terhadap kehidupan suatu bangsa. Globalisasi akan
menimbulkan ancaman dan tantangan yang ditengarai bisa berdampak negatif bagi
bangsa dan negara. Namun, disisi lain globalisasi memberikan peluang yang akan
berdampak positif bagi kemajuan suatu bangsa.
Oleh
karena itu, dalam era seluruh ini perlu kita ketahui macam-macam ancaman atau
tantangan apa yang diperkirakan dapat melemahkan posisi negara-bangsa. Perlu
disadari bersama bahwa globalisasi menghadirkan fenomena-fenomena baru yang
sebelumnya belum pernah dihadapi oleh negara-bangsa. Fenomena baru itu misalnya
hadirnya perusahaan multinasional, semakin luasnya perdagangan seluruh, dan
persoalan lingkungan hidup. Tampaknya bagi negara-negara Indonesia, globalisasi
merupakan sesuatu yang tidak bisa ditolak. Berbagai kebijakan yang dilakukan
pemerintah Indonesia menyiratkan bahwa Indonesia ikut serta dalam arus global.
Misalnya dengan ikut serta dalam forum WTO, APEC, dan AFTA.
Globalisasi
perlu diwaspadai dan dihadapi dengan sikap arif bijaksana. Salah satu sisi
negatif dari globalisasi adalah semakin menguatnya nilai-nilai materialistik
pada masyarakat Indonesia. Disisi lain nilai-nilai solidaritas sosial,
kekeluargaan, keramahtamahan sosial dan rasa cinta tanah air yang pernah
dianggap sebagai kekuatan kekuatan pemersatu dan ciri khas bangsa Indonesia,
makin pudar. Sisi negatif ini dimungkinkan karena masuknya nilai-nilai global.
Inilah yang menyebabkan krisis pada jati diri bangsa.
2.2
Perdamaian Dunia
Perdamaian dunia adalah sebuah gagasan kebebasan, perdamaian, dan kebahagiaan bagi seluruh negara dan atau bangsa. Perdamaian dunia
melintasi perbatasan melalui hak asasi manusia, teknologi, pendidikan, teknik, pengobatan, diplomat dan/atau pengakhiran seluruh bentuk pertikaian. Sejak
1945, Perserikatan Bangsa-Bangsa dan
5 anggota permanen Majelis Keamanan-nya
(AS, Rusia, China, Prancis, dan Britania Raya) bekerja untuk menyelesaikan
konflik tanpa perang atau deklarasi perang. Namun, negara-negara telah memasuki
sejumlah konflik militer sejak masa itu.
Dalam studi
perdamaian, perdamaian dipahami dalam dua pengertian. Pertama, perdamaian
adalah kondisi tidak adanya atau berkurangnya segala jenis kekerasan. Kedua, perdamaian
adalah transformasi konflik kreatif non-kekerasan. Dari dua definisi di atas
dapat disimpulkan bahwa perdamaian adalah apa yang kita miliki ketika
transformasi konflik yang kreatif berlangsung secara tanpa kekerasan.
Perdamaian selain merupakan sebuah keadaan, juga merupakan suatu proses kreatif
tanpa kekerasan yang dialami dalam transformasi (fase perkembangan) suatu
konflik. Umumnya pemahaman tentang kekerasan hanya merujuk pada tindakan yang
dilakukan secara fisik dan mempunyai akibat secara langsung. Batasan seperti
ini terlalu minimalistis karena rujukannya berfokus pada peniadaan atau
perusakan fisik semata.
Kendati pun
demikian, pengertian perdamaian tidak berhenti di situ. Perdamaian bukan
sekedar soal ketiadaan kekerasan atau pun situasi yang anti kekerasan. Lebih
jauh dari itu perdamaian seharusnya mengandung pengertian keadilan dan
kemajuan. Perdamaian dunia tidak akan dicapai bila tingkat penyebaran penyakit,
ketidakadilan, kemiskinan dan keadaan putus harapan tidak diminimalisir. Perdamaian
bukan soal penggunaan metode kreatif non-kekerasan terhadap setiap bentuk
kekerasan, tapi semestinya dapat menciptakan sebuah situasi yang seimbang dan
harmoni, yang tidak berat sebelah bagi pihak yang kuat tetapi sama-sama
sederajat dan seimbang bagi semua pihak. Jadi perdamaian dunia merupakan
tiadanya kekerasan, kesenjangan, terjadinya konflik antar negara di seluruh
dunia.
2.3
Mewujudkan Perdamaian Dunia
Ketika ada
seseorang ataupun Negara yang lebih suka menyerukan peperangan, mungkin saja
hati nuraninya telah mati. Sebab semua yang hati nuraninya masih berfungsi
tentu akan memilih perdamaian. Bukankah perdamaian itu tidak sulit dan lebih
memberikan harapan? Mengapa harus kita persulit? Sebenarnya tidak sesulit yang
kita bayangkan, andai saja semua orang dan seluruh Negara di dunia ini mau
bersama-sama “saling bergandengan tangan” dan berkomitmen untuk terus
menyerukan dan mewujudkan perdamaian dunia.
Sudah
saatnya kini kita hapuskan paradigma bahwa mewujudkan sebuah perdamaian itu
sulit. Paradigma bahwa mewujudkan perdamaian itu sulit hanya akan terus
membelenggu fikiran kita dan menjadi batu sandungan yang menjegal segala upaya
perdamaian itu sendiri. Penulis terkadang merasa miris, mengapa begitu mudahnya
kita serukan konflik dan peperangan? Sementara itu begitu sulit hanya untuk
sebuah perdamaian yang mana demi kehidupan bangsa juga seluruh Negara yang
lebih baik. Ini tentu menjadi PR untuk bangsa Indonesia khususnya dan seluruh
Negara di dunia yang masih bernurani tentunya.
Kita bersama
harus yakin bahwa suatu saat nanti perdamaian dunia akan benar-benar
terwujudkan. Tentu yakin saja tidak cukup dan tidak akan pernah mengubah
keadaan. Harus ada upaya-upaya nyata yang kita lakukan bersama Negara-negara di
seluruh penjuru dunia. Selama ini memang sering ada upaya-upaya diplomasi dan
pertemuan antar Negara guna menciptakan perdamaian dunia. Pada akhirnya yang
dihasilkan seperti biasa yaitu butir-butir kesepakatan atau semacam perjanjian
bersama yang selama ini belum banyak mampu merubah keadaan.
Ada beberapa
solusi atau upaya menurut Cipto Wardoyo yang harus dilakukan demi mewujudkan
perdamaian dunia, antara lain:
a.
Pendekatan Cultural (Budaya)
Untuk mewujudkan perdamaian kita harus mengetahui
budaya tiap-tiap masyarakat ataupun sebuah Negara. Jika tidak akan percuma saja
segala upaya kita. Dengan mengetahui budaya tiap-tiap masyarakat atau sebuah
Negara maka kita bisa memahami karakteristik dari masyarakat atau Negara
tersebut. Atas dasar budaya dan karakteristik masyarakat atau suatu Negara,
kita bisa mengambil langkah-langkah yang tepat dan efektif dalam mewujudkan
perdamaian disana. Pendekatan budaya ini merupakan cara yang paling efektif
dalam mewujudkan perdamaian di masyarakat Indonesia serta dunia.
b.
Melalui Pendekatan Sosial dan Ekonomi
Dalam hal ini pendekatan sosial dan ekonomi yang
dimaksudkan terkait masalah kesejahteraan dan faktor-faktor sosial di
masyarakat yang turut berpengaruh terhadap upaya perwujudan perdamaian dunia.
Ketika masyarakatnya kurang sejahtera tentu saja lebih rawan konflik dan
kekerasan di dalamnya. Masyarakat atau Negara yang kurang sejahtera biasanya
akan “tidak perduli” atas isu dan seruan perdamaian. “Jangankan memikirkan
perdamaian dunia, buat makan untuk hidup sehari-hari saja sangat susah”, begitu
fikir mereka yang kurang sejahtera. Maka untuk mendukung upaya perwujudan
perdamaian dunia yang harus dilakukan terlebih dahulu adalah meningkatkan
pemerataan kesejahteraan seluruh masyarakat dan Negara di dunia ini.
c.
Melalui Pendekatan Politik
Melalui pendekatan budaya dan sosial ekonomi saja
belum cukup efektif untuk mewujudkan perdamaian dunia. Perlu adanya campur
tangan politik, dalam artian ada agenda politik yang menekankan dan menyerukan
terwujudnya perdamaian dunia. Terlebih lagi bagi Negara-negara maju dan adidaya
yang memiliki power atau pengaruh dimata dunia. Negara-negara maju pada
saat-saat tertentu harus berani menggunakan power-nya untuk “melakukan sedikit
penekanan” pada Negara-negara yang saling berkonflik agar bersedia berdamai
kembali. Bukan justru membuat situasi semakin panas, dengan niatan agar
persenjataan mereka terus dibeli.
d.
Melalui Pendekatan Religius (Agama)
Pada hakikatnya seluruh umat beragama di dunia ini pasti
menginginkan adanya perdamaian. Sebab saya kira tidak ada agama yang
mengajarkan kejahatan, kekerasan ataupun peperangan. Semua Negara mengajarkan
kebaikan, yang diantaranaya kepedulian dan perdamaian. Maka dari itu setiap
kita yang mengaku beragama dan ber-Tuhan tentu harus memiliki kepedulian dalam
turut serta mewujudkan perdamaian di masyarakat maupun di kancah dunia. Para
tokoh agama yang dianggap memiliki karisma dan pengaruh besar di masyarakat
harus ikut serta aktif menyerukan perdamaian.
Di lingkungan
masyarakat sekarang ini banyak kita telah menemukan masalah-masalah yang
terjadi dan sering menimbulkan masalah di tengah tengah masyarakat yang kurang
memahami satu dengan yang lainnya. Sebaiknya agar terjadi perdamaian dunia
adalah kesadaran dari diri sendiri dan pemikiran, perbuatan yang tidak
semena-mena agar tidak terjadi kesalahpahaman dan konflik atau keributan di
tengah masyarakat.
Kita harus
memiliki suatu tujuan yang sama dengan orang lain untuk bersatu dan berjuang
demi mewujudkan perdamaian dunia. Kita juga harus saling mengalah, tidak egois
dan selalu menghargai orang lain. Jika kita hanya berpikir untuk kepentingan
kita sendiri tanpa memikirkan dampaknya terhadap orang lain, kebersamaan pun
tentu tidak akan terbentuk dengan baik.
Dari kebersamaan
tersebut, akan menjadi awal mula bisa terbentuknya perdamaian. Setelah
terbentuknya kebersamaan juga diiperlukan kesadaran. Maksud dari kesadaran itu
adalah kita dituntut untuk sadar terhadap situasi sekitar kita. Contohnya
dengan :
i.
Sadar dibentuknya peraturan, kita patut dan wajib
mematuhi peraturan.
ii.
Sadar terhadap kekurangan dan kelebihan orang lain.
iii.
Sadar bahwa kita memiliki perbedaan dengan orang lain
seperti suku, adat-istiadat, agama, ras, dan status sosial.
iv.
Sadar untuk mengendalikan diri dan menempatkan diri
Jadi, dengan
semua cara itu, kita dituntut untuk menjalin hubungan sesama dengan baik,
sehingga perdamaian dunia akan cepat terwujud.
2.4
Peranan Bangsa Indonesia dalam Perdamaian Dunia
Tidak hanya
lembaga yang membantu dalam perwujudan perdamaian dunia antara lain ASEAN, EEC,
BENELUX, APEC, IBRD, IMF, UNDP, IDA dan masih banyak yang lainnya, Indonesia
juga peran serta Indonesia dalam operasi pemeliharaan perdamaian merupakan
amanat Pembukaan UUD 1945, yaitu dalam rangka mewujudkan perdamaian dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Disisi lain,
konstelasi perubahan dunia akan selalu berpengaruh terhadap kelangsungan bangsa
negara Indonesia. Dunia yang aman dan damai tentu saja menjadi harapan semua umat
manusia termasuk bangsa Indonesia. Sebagai negara dengan jumlah penduduk
yang termasuk lima besar dunia, sudah sepantasnya bangsa Indonesia turut
memberikan kontribusi nyata bagi perdamaian dunia.
Peran serta
Indonesia dalam kancah pemeliharaan perdamaian dunia memang sudah bukan hal
yang baru. Sesuai amanat konstitusi, sejak dekade awal kemerdekaan, Indonesia
sudah mengirimkan personelnya untuk terlibat aktif melaksanakan ketertiban
dunia melalui berbagai misi perdamaian dibawah bendera Perserikatan Bangsa
Bangsa (PBB). Keseriusan Indonesia untuk terlibat dalam misi perdamaian dunia
telah mengalami transformasi yang signifikan seiring dengan perkembangan
lingkungan strategis serta komitmen bangsa untuk lebih proaktif dalam menyikapi
konflik yang terjadi. Kiprah dan profesionalitas para pejuang perdamaian baik
yang tergabung dalam Kontingen Garuda maupun civilian experts telah menjadi
bukti nyata bahwa bangsa Indonesia telah mendapatkan kepercayaan dalam
mengemban misi mulia tersebut. Dengan tidak mengurangi apresiasi yang tinggi
terhadap civilian experts Indonesia yang saat ini bertugas di misi PBB, tulisan
ini hanya memberikan gambaran tentang kiprah TNI dalam keterlibatan dan
dedikasinya memelihara perdamaian dunia, serta roadmap menuju peacekeeper kelas
dunia.
Harapan
untuk hidup damai tampaknya masih menjadi impian yang sulit bagi sebagian
bangsa di berbagai kawasan. Berakhirnya Perang Dunia II dan perang dingin yang
ditandai pembubaran Uni Sovyet tahun 1991, ternyata tidak membuat dunia bebas
dari konflik bersenjata. Perang besar antara kedua negara raksasa – AS dengan
US – memang tidak terjadi, namun perang kecil dan konflik justru berkecamuk
dimana-mana. Di wilayah Balkan, Baltik dan bekas Uni Sovyet, Afrika, Timur
Tengah, perang dan berbagai jenis konflik lain terus berkecamuk.
Berdasarkan
hal diatas, maka perdamaian menjadi impian sekaligus upaya yang serius
diharapkan oleh banyak negara. Oleh karena itulah PBB (Perserikatan
Bangsa-Bangsa), sebagai organisasi internasional terbesar saat ini memiliki alat
kelengkapan yang dinamakan Dewan Keamanan. Dewan Keamanan PBB adalah badan
terkuat di PBB. Tugasnya adalah menjaga perdamaian dan keamanan antar negara.
Peranan
bangsa Indonesia dalam menjaga dan ikut serta dalam perdamaian dunia sangatlah
penting. Tidak hanyalah sebagai anggota aktif dalam keanggotaan organisasi PBB.
Tetapi selain aktif di organisasi Perserikatan Bangsa – Bangsa, Indonesia aktif
ikut serta dalam organisasi berikut :
A.
Peranan
Bangsa Indonesia dalam Perdamaian Dunia pada OKI (Organisasi Konferensi Islam).
Organisasi ini berdiri pada tanggal 25 September 1969
di Rabat, Maroko, setelah para pemimpin sejumlah negara Islam mengadakan
Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Islam. Organisasi Konferensi Islam ini kemudian
berubah nama menjadi Organisasi Kerjasama Islam pada 28 Juni 2011.
Organisasi ini lahir sebagai reaksi negara-negara
Islam atas tindakan Israel yang membakar Masjid Al-Aqsa pada 21 Agustus
1969. Pembentukan OKI antara lain ditujukan untuk meningkatkan solidaritas
Islam di antara negara anggota, mengkoordinasikan kerja sama antarnegara
anggota, mendukung perdamaian dan keamanan internasional, serta melindungi
tempat-tempat suci Islam, dan membantu perjuangan pembentukan negara Palestina
yang merdeka dan berdaulat.
Saat ini, OKI beranggotakan 57 negara Islam atau
negara yang memiliki penduduk mayoritas muslim di kawasan Asia dan Afrika.
Seiring perkembangan zaman, OKI tidak hanya menangani masalah politik terutama
masalah Palestina, tetapi juga turut serta menangani permasalahan ekonomi, sosial,
budaya, dan ilmu pengetahuan.
Secara umum,
tujuan organisasi ini adalah:
a. memperkuat
solidaritas, kerja sama dalam bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, ilmu
pengetahuan, dan teknologi antar negara anggota, serta perjuangan umat Islam
untuk melindungi kehormatan kemerdekaan dan hak-haknya.
b. Melakukan
aksi bersama untuk melindungi tempat-tempat suci umat Islam, serta memberi
semangat dan dukungan kepada rakyat Palestina dalam memperjuangan hak dan
kebebasan mendiami daerahnya.
c. Bekerja sama
untuk menentang diskriminasi rasial dan segala bentuk penjajahan serta
menciptakan suasana yang menguntungkan serta saling pengertian antar negara
anggota dan negara-negara lain.
Dalam OKI,
beberapa peran Indonesia adalah:
1.
Memfasilitasi upaya penyelesaian konflik antara
Pemerintah Filipina (GRP) dengan Moro National Liberation Front (MNLF)
dengan mengacu kepada Final Peace Agremeent/ Perjanjian Damai,
1996.
2.
Indonesia memberi dukungan bagi berdirinya negara
Palestina yang merdeka dan berdaulat dengan Yerusalem sebagai ibukotanya.
Dukungan dilanjutkan dengan pembukaan hubungan diplomatik antara pemerintah RI
dan Palestina pada tanggal 19 Oktober 1989.
3.
Indonesia juga aktif dalam memperkenalkan Islam
sebagai agama yang menjunjung tinggi perdamaian dan toleransi.
B. Peranan Bangsa Indonesia dalam Perdamaian Dunia pada
APEC (Asia Pasific Economy Cooperation)
Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC)
adalah forum kerja sama antar 21 Ekonomi di lingkar Samudera Pasifik yang
berdiri tahun 1989. Saat ini terdapat 21 Ekonomi yang menjadi anggota APEC,
yaitu Australia, Brunei Darussalam, Canada, Chile, China, Hong Kong-China,
Indonesia, Japan, South Korea, Malaysia, Mexico, New Zealand, the Philippines,
Peru, PNG, Russia, Singapore, Chinese Taipei, Thailand, the United States, dan
Viet Nam. Kerja sama di APEC merupakan kerja sama non-politis, ditandai dengan
keanggotaan Hong Kong-China dan Chinese Taipei. Anggota APEC disebut “Ekonomi”
mengingat setiap anggota saling berinteraksi sebagai entitas ekonomi, dan bukan
sebagai negara.
APEC
memiliki tiga pengamat (observer), yaitu ASEAN Secretariat, Pacific Economic
Cooperation Council (PECC), dan Pacific Islands Forum (PIF) Secretariat.
Tujuan
utama APEC adalah mendorong pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan
di Asia Pasifik. Hal ini dilakukan dengan mendorong dan memfasilitasi
perdagangan dan investasi yang lebih bebas dan terbuka di kawasan, serta
meningkatkan kerja sama pengembangan kapasitas Ekonomi anggota. Untuk itu,
telah ditetapkan suatu target “the Bogor Goals”, sebagai hasil kesepakatan Konferensi
Tingkat Tinggi APEC di Bogor pada tahun 1994 dengan komitmen sebagai berikut :
“… with the
industrialized economies achieving the goal of free and open trade and
investment no later than the year 2010 and developing economies no later than
the year 2020.”
Kerjasama
APEC didasarkan pada tiga pilar, yaitu:
1) Perdagangan
dan Investasi yang lebih terbuka
Perdagangan dan investasi yang lebih
terbuka, diharapkan akan menurunkan dan, dalam jangka panjang, menghilangkan
hambatan tarif dan non-tarif bagi perdagangan dan investasi, membuka pasar
(khususnya bagi produk-produk Indonesia), meningkatkan perdagangan dan
investasi antar Ekonomi anggota APEC, mendorong pertumbuhan ekonomi yang tinggi
di Ekonomi anggota APEC, serta meningkatkan standar hidup diseluruh kawasan
Asia Pasifik.
2) Fasilitasi
Perdagangan dan Investasi
Fasilitasi perdagangan dan investasi
difokuskan pada pengurangan biaya transaksi, peningkatan akses terhadap
informasi perdagangan, kemudahan administrasi pelabuhan, serta penyelarasan
kebijakan. Upaya ini juga didukung oleh masing-masing Ekonomi anggota APEC
dengan menjalankan reformasi struktural di dalam negeri. Seluruh upaya dimaksud
bertujuan untuk mengurangi besarnya biaya produksi sehingga dapat meningkatkan
perdagangan, menurunkan harga barang dan jasa, serta meningkatkan kesempatan
kerja sebagai akibat efisiennya ekonomi.
3) Kerjasama
Ekonomi dan Teknik (ECOTECH)
ECOTECH difokuskan pada penyediaan
pelatihan dan kerjasama di bidang pembangunan kapasitas guna membantu Ekonomi
anggota APEC mengambil manfaat dari perdagangan global dan untuk mengembangkan
kapasitas institusional dan personil sesuai dengan potensi Ekonomi
masing-masing. Diharapkan upaya tersebut dapat mengatasi tantangan-tantangan
baru di bidang ekonomi antara lain, kesenjangan digital, terorisme, ketahanan
pangan, bencana alam, serta penyakit menular.
Sejarah
mencatat, peran Indonesia dalam kerja sama perdagangan dan investasi Asia
Pasifik (APEC) sangatlah penting. Indonesia berperan dalam pendirian APEC dan
hadir pada konferensi tingkat menteri di Canberra 1989.
Setelah
pertemuan APEC di Blake Island Seattle (AS) pada 1993, Indonesia menjadi tuan
rumah KTT APEC 1994 yang bertempat di Bogor. Selanjutnya, perjuangan
kepentingan nasional di sejumlah forum APEC terus dilakukan, baik pada tataran
konsultasi, penyusunan maupun implementasi kesepakatan.
Saat ini,
kita mendapatkan momentum di saat dunia melihat Indonesia sebagai salah satu
negara yang memiliki daya tahan (resilient) terhadap krisis global.
Pada
KTT APEC ke-24 di Vladivostok Rusia, 7–9 September 2012, terjadi perpindahan
keketuaan APEC dari Rusia ke Indonesia sehingga peran Indonesia dalam mewarnai
kerja sama di tingkat regional semakin meningkat dengan puncaknya pada KTT APEC
2013 yang akan diselenggarakan di Bali. Tema besar yang akan diusung Indonesia
pada KTT APEC tahun depan adalah Resilient Asia Pacific: The Global Engine
Growth.
Melalui
keketuaan Indonesia pada APEC 2013, kita yakin peran dan posisi Indonesia dalam
kancah internasional akan semakin strategis. Hal ini tentunya tetap didasarkan
pada perjuangan kepentingan nasional dalam forum tersebut.
Posisi
Indonesia sebagai salah satu di antara sembilan negara APEC yang masuk G-20
sangatlah strategis dalam menjaga stabilitas kawasan sekaligus sebagai motor
penggerak ekonomi kawasan. Pertumbuhan ekonomi Indonesia 2011 merupakan salah
satu yang tertinggi di Asia Pasifik.
Pada
2012 tren ini juga masih menempatkan Indonesia sebagai salah satu negara
sentral dalam menjaga pertumbuhan kawasan. Dengan produk domestik bruto (PDB)
berdasarkan purchasing power parity (PPP) lebih dari USD1 triliun dan
meningkatnya kelas menengah, Indonesia menjadi salah satu tujuan investasi di
Asia Pasifik.
Tentunya
besaran (size) ekonomi nasional bukan hanya menjadikan Indonesia sebagai pasar
bagi produk impor bagi negara-negara yang tergabung dalam APEC.Terbukanya pasar
kawasan merupakan peluang bagi ekspor produk nasional.
Pada
2011, aktivitas perdagangan Indonesia-APEC mencapai 76% dari total perdagangan
Indonesia-dunia. Terlebih masuknya sejumlah negara Amerika Latin seperti
Meksiko,Cile, dan Peru memberikan alternatif ekspor produk nasional di tengah
pelemahan ekonomi sejumlah negara yang menjadi pasar tradisional Indonesia.
Keketuaan
Indonesia pada APEC 2013 hampir dapat dipastikan berada dalam situasi
penyelesaian krisis keuangan dan ekonomi global. Efek pelemahan global akibat
krisis berkepanjangan di Zona Eropa berdampak pada pelemahan kawasan Asia
Pasifik, khususnya bagi mereka yang mengandalkan ekspor ke Eropa dan
Amerika.
Sepanjang
2010–2011, negara-negara yang tergabung dalam APEC mengalami tekanan pelemahan
global akibat krisis utang Eropa.
Hal
ini ditambah dengan pelemahan ekonomi yang juga terjadi di Amerika Serikat
turut menambah penurunan kinerja ekonomi sejumlah negara APEC. Imbas dari hal
ini telah terasa. China, Jepang, dan sejumlah negara lainnya mengalami
perlambatan ekonomi. Tekanan ini akan semakin kuat jika konsolidasi ekonomi
kawasan Asia Pasifik berjalan lamban atau stagnan.
Oleh
karena itu, tema yang diusung selama keketuaan Indonesia pada APEC 2013 adalah
untuk membangun daya tahan terhadap krisis, baik yang terjadi di kawasan Asia
Pasifik ataupun krisis yang diakibatkan kawasan lain.
Asia
Pasifik terintegrasi dengan kawasan lain sehingga perlu adanya kemampuan
adaptasi (adaptive capacity) untuk merespons setiap sentimen negatif.
Ketidakpastian pasokan pangan dan minyak dunia membutuhkan koordinasi dan kerja
sama kawasan untuk terhindar dari persaingan yang berpotensi menciptakan
destabilitas kawasan.
Kepemimpinan
Indonesia juga akan sangat menentukan bagi tidak hanya terciptanya ketahanan
ekonomi, tetapi juga pengondisian bagi terciptanya kawasan pertumbuhan ekonomi
yang tinggi di Asia Pasifik.
Pada
KTT APEC di Vladivostok diangkat empat tema sentral, yaitu integrasi regional
melalui perdagangan dan investasi, ketahanan pangan, sistem rantai nilai
(supply-chains), dan intensifikasi kerja sama untuk pertumbuhan yang
inovatif.
Keempat
tema sentral ini merupakan pijakan bagi Indonesia dalam merumuskan agenda
pertemuan tahun depan di Bali. Keketuaan Indonesia pada APEC 2013 juga
diharapkan mampu meningkatkan pencapaian kerja sama ekonomi APEC selama ini.
Hal
ini terlihat pada semakin menurunnya biaya transaksi perdagangan periode
2007–2010 sebesar 5% dengan nilai penghematan mencapai USD58,7 juta.Penurunan
tarif pada 2010 dapat ditekan menjadi 5,8% dari 17% pada 1989.
Kerja
sama ekonomi APEC juga berhasil meningkatkan penyerapan tenaga kerja sebesar
10,8% dalam kurun waktu 1 dekade (1999–2009) sehingga tingkat kemiskinan di
kawasan APEC dapat ditekan dan berkurang 35% dalam kurun 1999–2009.
Ketika
Indonesia memimpin APEC 2013, berarti juga Indonesia menjaga perekonomian dunia
mengingat APEC menguasai 56% PDB dunia, 39,8% penduduk dunia, dan total PDB
2011 USD38,9 triliun.
Di
saat kawasan ini berhasil meningkatkan daya tahan dengan tetap menjaga
pertumbuhan, hal itu akan berdampak positif terhadap perekonomian global. Oleh
karena itu, tantangan keketuaan Indonesia pada APEC 2013 menjadi sangat
strategis dalam meningkatkan posisi tawarmenawar Indonesia di tingkat global.
C. Peranan Bangsa Indonesia dalam
Perdamaian Dunia pada OPEC (Organization
Of The Petroleum Exporting Countries)
Pada tahun 1960, lima negara anggota
OPEC membentuk aliansi untuk mengatur pasokan dan harga minyak. Negara-negara
ini menyadari bahwa mereka memiliki sumber daya yang tak terbarukan. Jika
mereka berkompetisi satu sama lain, harga minyak akan sangat rendah sehingga
harganya akan habis lebih cepat daripada jika harga minyak lebih tinggi.
Sedangkan pertemuan pertama telah dilaksankan pada tanggal 10 hingga 14
September pada tahun 1960 di daerah Baghdad, Di Irak ini adalah pertemuan
perdana dari organisasi OPEC. Lima anggota pendiri tersebut adalah
Iran, Irak, Kuwait, Arab Saudi dan Venezuela. OPEC terdaftar di PBB 6 November
1962.
OPEC tidak melenturkan ototnya sampai
embargo minyak tahun 1973. Ini merespons tiba-tiba penurunan nilai dolar AS
setelah Presiden Nixon meninggalkan standar emas. Pendapatan dari para
eksportir minyak juga akan otomatis bisa turun jika harga dollar mengalami
kemerosotan, ini dikarenakan minyak dihargai dengan harga dollar di dalam
perdaganagan internasional.
Organisasi Negara Pengekspor Minyak
(OPEC) adalah sebuah organisasi yang terdiri dari 12 negara produsen minyak.
Ini mengendalikan 61 persen ekspor minyak dunia dan menguasai 80 persen
cadangan minyak dunia yang terbukti. Keputusan OPEC memiliki dampak besar pada
harga minyak di masa depan.
Indonesia tidak sedikit mendapat
keuntungan sebagai anggota OPEC. Begitu juga dengan sebaliknya, Indonesia
sendiri tentunya telah banyak berkontribusi dan memberikan beberapa peranan yang
nyata dalam keanggotaannya di organisasi OPEC. Indonesia memiliki peran
penting membawa OPEC menjadi lembaga yang dipandang oleh lembaga-lembaga
internasional, padahal OPEC anggotanya adalah negara-negara dunia ketiga,
sebagai berikut:
Sebuah peran yang benar terjadi sebagai
seorang kontribusi untuk pengabdian Indonesia di OPEC adalah kala Sekjen
OPEC tahun 1988 hingga 1994 masih di jabat oleh Prof Subroto. Dimana
Indonesia kala itu dikenali sebagai sang mediator aktif yang berperan untuk
menhubungkan konsumen dan produsen dan juga berperan dalam pihak ketiga yang
akan menengahi beberapa konflik yang terjadi di antara negara anggota OPEC kala
itu.
Inilah mengapa Indonesia akan tetap
memilih jalan yang baik jika
memang ingin tetap berhenti dan keluar dari keanggotaan OPEC. Meski
demikian ada dua alasan utama yang mendorong Indonesia keluar dari OPEC.
Namun sejauh ini pemerintah belum
mengambil keputusan resmi keluar dari OPEC, hanya saja persiapan sedang di
bahas secara lintas Departemen, Sebab, keikutsertaan dalam sebuah organisasi
internasional melibatkan Departemen Luar Negeri serta instansi terkait lainnya.
OPEC
memiliki tujuan antara lain :
(1) Tujuan
pertama OPEC adalah menjaga agar harga tetap stabil
Sebagai sebuah organisasi yang besar
tentunya OPEC selalu ingin mempertahankan kestabilan harga yang diterima oleh
para anggotanya. Karena minyak adalah komoditas yang cukup seragam ,
kebanyakan konsumen mendasarkan keputusan pembelian mereka hanya pada
harga. Berapa harga bagus OPEC secara tradisional mengatakan harga relatif
stabil per barel. Namun Iran ingin menurunkan harga menjadi lebih rendah
per barel. Mereka percaya harga yang lebih rendah akan mengusir produsen minyak
serpih AS , yang membutuhkan margin lebih tinggi.
Harga impas Iran hanya lebih dari yang
diinginkan per barel. Arab Saudi membutuhkan harga lebih tinggi per barel untuk
impas. Jika kesepakatan tersebut ditiadakan maka masing-masing dari
beberapa negara yang mengambil alih sebagaoi pengekspor akan tetap meningkatkan
pasokan untuk meraih pendapatan nasional terbanyak mereka. Dengan bersaing
satu sama lain, mereka akan mendorong harga lebih rendah lagi. Itu akan
merangsang permintaan global yang lebih banyak lagi. Negara-negara OPEC akan
kehabisan sumber daya paling berharga mereka yang jauh lebih cepat.
(2) Sasaran
kedua OPEC adalah mengurangi volatilitas harga minyak
Ekstraksi minyak harus tetap diproses
selama 24 jam setiap harinya, ini berguna agar efisiensi selalu berjalan dengan
seimbang dan baik. Pengeboran laut sangat sulit dan mahal untuk dimatikan.
Pada saat itulah kepentingan terbaik OPEC menjaga agar harga dunia tetap
stabil. Namun, krisis keuangan global membuat harga minyak turun ke level $
33,73 per barel pada Desember. Dengan adanya masalah ini, OPEC hanya bisa
melakukan tindakan pengurangan pasokan sebagai respon dari maslah tersebut, ini
diacukan agar harga tetap bisa berjalan dengan stabil dan seimbang.
(3)
Tujuan ketiga OPEC adalah
menyesuaikan pasokan minyak dunia sebagai respons terhadap kekurangan
Setiap negara bertanggung jawab untuk
melaporkan produksinya sendiri. Dalam skenario ini, ada ruang untuk melanggar
dan menyeleweng. Walaupun beberapa negara anggota dari OPEC tentunya tidak
ingin mengambil resiko besar seperti dikeluarkan dari keanggotaan OPEC namun
mereka juga tidak akan terlalu jauh dalam pengambilan kuota
tersebut. Meski memiliki kekuatan, OPEC tidak bisa sepenuhnya
mengendalikan harga minyak. Untuk permasalahan dibeberapa negara bahkan pajak
tambahan akan dikenakan pada produk berupa minyak basis akhir dan produk bensin
yang akan digunakan sebagai sebuah produk yang berupa promosi
konservasi. Harga minyak juga ditetapkan oleh pasar berjangka minyak.
Sebagian besar harga minyak ditentukan oleh pedagang komoditas. Itulah alasan
mengapa harga minyak begitu tinggi.
Indonesia telah menjadi anggota OPEC sejak tahun 1962. Sejak
menjadi anggota OPEC, Indonesia ikut berperan aktif dalam penentuan arah dan
kebijakan OPEC. Keikutsertaan ini khususnya dalam kegiatan stabilisasi jumlah
produksi dan harga minyak di pasar Internasional. Keikutsertaan Indonesia
mencapai puncaknya pada tahun 2004, yakni saat Menteri Energi dan Sumber Daya
Mineral (MESDM) Indonesia terpilih menjadi Presiden dan Sekjen sementara OPEC.
Keikutsertaan Indonesia dalam OPEC tentunya membawa keuntungan
secara ekonomi dan politik. Sayangnya, keuntungan ekonomi Indonesia dalam
keanggotaan OPEC justru menjadi perdebatan menjelang tahun 2000-an. Beberapa
tahun belakangan, Indonesia tidak lagi menjadi negara pengekspor minyak, namun
dianggap telah menjadi negara pengimpor minyak. Sementara itu, Indonesia masih
harus membayar iuran wajib dalam keanggotaan OPEC, yakni sebesar 2 juta US
Dollar setiap tahunnya. Selain itu, Indonesia juga harus membayar biaya-biaya
lain untuk biasa sidang OPEC yang diikuti oleh Delegasi RI.
Secara Politis, keanggotaan Indonesia di OPEC akan memberikan
berbagai keuntungan, yaitu meningkatkan posisi Indonesia dalam proses
tawar-menawar dalam hubungan internasional. Kedudukan Menteri ESDM dalam
kapasitasnya sebagai Presiden Konferensi OPEC sekaligus acting Sekjen OPEC pada
tahun 2004, telah memberikan posisi tawar yang sangat tinggi dan strategik
serta kontak yang lebih luas dengan negara – negara produsen minyak utama
lainnya.
Indonesia akhirnya keluar
dari OPEC pada tanggal 28 Mei 2008. Menurut Mantan Gubernur OPEC untuk
Indonesia, Meizar Rahman, Indonesia sebenarnya tidak keluar dari OPEC. Status
keanggotaan Indonesia hanya dibekukan atau disuspensi. Indonesia membekukan
status keanggotaannya pada tahun 2008 karena posisi Indonesia sebagai importir
minyak membuat munculnya ketidakcocokan dengan negara-negara eksportir minyak
yang menjadi anggota OPEC lainnya. Kendati
disuspensi, namun Indonesia tetap menjalin hubungan baik dengan OPEC, termasuk
dalam menjalin hubungan bilateral dengan sejumlah negara OPEC.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kondisi negara dalam
era global dipengaruhi seluruh serta perkembangan kehidupan internasional. Hal
ini karena globalisasi dan perkembangan diluar negara turut mempengaruhi
kelangsungan hidup bangsa dan negara. Globalisasi adalah proses sosial yang
muncul sebagai akibat dari kemajuan dan inovasi teknologi serta perkembangan informasi dan komunikasi.
Perdamaian dunia merupakan tiadanya kekerasan, kesenjangan, terjadinya
konflik antar negara di seluruh dunia. Upaya untuk mewujudkan perdamaian dunia
dilakukan dalam pendekatan budaya, pendekatan sosial dan ekonomi, pendekatan
politik dan pendekatan kebudayaan. Lembaga yang membantu dalam perwujudan perdamaian
dunia antara lain ASEAN, EEC, BENELUX, APEC, IBRD, IMF, UNDP, IDA dan masih
banyak yang lainya.
Selain itu, dengan melaksanakan amanat Pembukaan UUD 1945 Alenia
IV Indonesia berpartisipasi dalam perdamaian dunia.Dan juga, Bangsa Indonesia memiliki banyak peranan dalam misi
perdamaian dunia.
DAFTAR
PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar