ARTIKEL KEBUDAYAAN / KESENIAN SUNDA
Sejarah Suku Sunda
Suku Sunda adalah kelompok etnis
yang berasal dari bagian barat pulau Jawa, Indonesia, yang mencakup wilayah
administrasi provinsi Jawa Barat, Banten, Jakarta, dan Lampung. Suku Sunda
merupakan etnis kedua terbesar di Indonesia. Sekurang-kurangnya 15,41% penduduk
Indonesia merupakan orang Sunda. Mayoritas orang Sunda beragama Islam, akan
tetapi ada juga sebagian kecil yang beragama kristen, Hindu, dan Sunda
Wiwitan/Jati Sunda. Agama Sunda Wiwitan masih bertahan di beberapa komunitas
pedesaan suku Sunda, seperti di Kuningan dan masyarakat suku Baduy di Lebak
Banten yang berkerabat dekat dan dapat dikategorikan sebagai suku Sunda. Jati
diri yang mempersatukan orang Sunda adalah bahasanya dan budayanya. Orang Sunda
dikenal memiliki sifat optimistis, ramah, sopan, dan riang. Orang Portugis
mencatat dalam Suma Oriental bahwa orang sunda bersifat jujur dan pemberani.
Karakter orang Sunda yang periang dan suka bercanda seringkali ditampilkan
melalui tokoh populer dalam cerita Sunda yaitu Kabayan dan tokoh populer dalam
wayang golek yaitu Cepot, anaknya Semar. Mereka bersifat riang, suka bercanda,
dan banyak akal, tetapi seringkali nakal. Orang sunda juga adalah yang pertama
kali melakukan hubungan diplomatik secara sejajar dengan bangsa lain. Sang
Hyang Surawisesa atau Raja Samian adalah raja pertama di Nusantara yang
melakukan hubungan diplomatik dengan Bangsa lain pada abad ke 15 dengan orang
Portugis di Malaka. Hasil dari diplomasinya dituangkan dalam Prasasti
Perjanjian Sunda-Portugal. Beberapa tokoh Sunda juga menjabat Menteri dan
pernah menjadi wakil Presiden pada kabinet RI.
Disamping prestasi dalam bidang
politik (khususnya pada awal masa kemerdekaan Indonesia) dan ekonomi, prestasi
yang cukup membanggakan adalah pada bidang budaya yaitu banyaknya penyanyi,
musisi, aktor dan aktris dari etnis Sunda, yang memiliki prestasi di tingkat
nasional, maupun internasional. Sunda sebagai nama kerajaan kiranya baru muncul
pada abad ke- 8 sebagai lanjutan atau penerus kerajaan Tarumanegara. Pusat
kerajaannya berada disekitar Bogor, sekarang. Sejarah Sunda mengalami babak
baru karena arah pesisir utara di Jayakarta (Batavia) masuk kekuasaan kompeni
Belanda sejak (1610*) dan dari arah pedalaman sebelah timur masuk kekuasaan
Mataram (sejak 1625). Menurut RW. Van Bemelan pada tahun 1949, Sunda adalah
sebuah istilah yang digunakan untuk menamai dataran bagian barat laut wilayah
India timur, sedangkan dataran bagian tenggara dinamai Sahul. Suku Sunda
merupakan kelompok etnis yang berasal dari bagian barat pulau Jawa, Indeonesia.
Yaitu berasal dan bertempat tinggal di Jawa Barat. Daerah yang juga sering
disebut Tanah Pasundan atau Tatar Sunda.
Pada tahun 1998, suku Sunda
berjumlah kurang lebih 33 juta jiwa, kebanyakan dari mereka hidup di Jawa Barat
dan sekitar 1 juta jiwa hidup di provinsi lain. Dari antara mereka, penduduk
kota mencapai 34,51%, suatu jumlah yang cukup berarti yang dapat dijangkau
dengan berbagai media. Kendatipun demikian, suku Sunda adalah salah satu
kelompok orang yang paling kurang dikenal di dunia. Nama mereka sering dianggap
sebagai orang Sudan di Afrika dan salah dieja dalam ensiklopedia. Beberapa
koreksi ejaan dalam komputer juga mengubahnya menjadi Sudanese (dalam bahasa
Inggris). Pada abad ke-20, sejarah mereka telah terjalin melalui bangkitnya
nasionalisme Indonesia yang akhirnya menjadi Indonesia modern. Kata Sunda
artinya Bagus/ Baik/ Putih/ Bersih/ Cemerlang, segala sesuatu yang mengandung
unsur kebaikan, orang Sunda diyakini memiliki etos/ watak/ karakter Kasundaan
sebagai jalan menuju keutamaan hidup. Watak / karakter Sunda yang dimaksud
adalah cageur (sehat), bageur (baik), bener (benar), singer (terampil), dan
pinter (pandai/ cerdas) yang sudah ada sejak zaman Salaka Nagara tahun 150
sampai ke Sumedang Larang Abad ke- 17, telah membawa kemakmuran dan
kesejahteraan lebih dari 1000 tahun.
Sunda merupakan kebudayaan
masyarakat yang tinggal di wilayah barat pulau Jawa dengan berjalannya waktu
telah tersebar ke berbagai penjuru dunia. Sebagai suatu suku, bangsa Sunda
merupakan cikal bakal berdirinya peradaban di Nusantara, di mulai dengan
berdirinya kerajaan tertua di Indonesia, yakni Kerajaan Salakanagara dan
Tarumanegara sampai ke Galuh, Pakuan Pajajaran, dan Sumedang Larang. Kerajaan
Sunda merupakan kerajaan yang cinta damai, selama pemerintahannya tidak
melakukan ekspansi untuk memperluas wilayah kekuasaannya. Keturunan Kerajaan
Sunda telah melahirkan kerajaan- kerajaan besar di Nusantara diantaranya
Kerajaan Sriwijaya, Kerajaan Majapahit, Kerajaan Mataram, Kerajaan Cirebon,
Kerajaan Banten, dll.
Sistem Upacara Keagamaan Suku Sunda
·
Sistem Religi
Sistem religi suku Sunda – Sebagian
besar suku Sunda memeluk agama Islam dengan patuh melakukan kewajiban
agamanya, seperti sholat, puasa, zakat dan sangat besar hasratnya untuk
beribadah haji ke tanah suci. Pada tahun 1969 saja terdapat 21.038 masjid,
655.741 langgar, 2.767 pesantren dan 5.491 madrasah. Jumlah kyai, ajingan dan
alim ulama 25.253 orang, guru ngaji di pesantren 4.042 orang, guru agama di
madrasah 14.860 orang. Disamping mengerjakan syari’at agama Islam, masih banyak
di antara mereka yang mengerjakan hal-hal yang bersifat mitos, animisme maupun
dinamisme. Dalam praktek kehidupan beragama sehari-hari, selamatan merupakan
upacara yang terpenting. Selamatan berupa nasi tumpeng, tetapi ikan dan
lauk-pauknya berada di dalamnya. Waktu selamatan keadaan hening, setelah
selesai mereka pulang dengan segera, tidak beramah-tamah seperti orang Jawa.
Selain agama Islam, masih ada agama-agam lain yang dianutnya, antara lain : Kong
Hu Chu, Kristen/Protestan, Buddha, Katholik, Hindu Bali, Animisme dan
kepercayaaan lain
C. Sistem dan Organisasi Kemasyarakatan Suku Sunda
Sistem keluarga dalam suku Sunda
bersifat parental, garis keturunan ditarik dari pihak ayah dan ibu bersama.
Dalam keluarga Sunda, ayah yang bertindak sebagai kepala keluarga. Ikatan
kekeluargaan yang kuat dan peranan agama Islam yang sangat mempengaruhi adat
istiadat mewarnai seluruh sendi kehidupan suku Sunda. Dalam suku Sunda dikenal
adanya pancakaki yaitu sebagai istilah-istilah untuk menunjukkan
hubungan kekerabatan. Dicontohkannya, pertama, saudara yang berhubungan
langsung, ke bawah, dan vertikal. Yaitu anak, incu (cucu), buyut (piut), bao, canggahwareng atau janggawareng, udeg-udeg, kaitsiwur atau gantungsiwur. Kedua, saudara yang berhubungan
tidak langsung dan horizontal seperti anak paman, bibi, atau uwak, anak saudara
kakek atau nenek, anak saudara piut. Ketiga, saudara yang berhubungan tidak langsung dan
langsung serta vertikal seperti keponakan anak kakak, keponakan anak adik, dan
seterusnya. Dalam bahasa Sunda dikenal pula kosa kata sajarah dan sarsilah (salsilah, silsilah) yang maknanya
kurang lebih sama dengan kosa kata sejarah dan silsilah dalam bahasa Indonesia.
Makna sajarah adalah susun galur/garis keturunan.
D. Sistem Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Suku Sunda
Masalah pendidikan dan teknologi di
dalam masyarakat suku Sunda sudah bisa dibilang berkembang baik.Ini terlihat
dari peran dari pemerintah Jawa Barat. Pemerintah Jawa Barat memiliki tugas
dalam memberikan pelayanan pembangunan pendidikan bagi warganya, sebagai hak
warga yang harus dipenuhi dalam pelayanan pemerintahan. Visi Pemerintah Jawa
Barat, yakni “Dengan Iman dan Takwa Jawa Barat sebagai Provinsi Termaju di
Indonesia dan Mitra Terdepan Ibukota Negara Tahun 2010″ merupakan kehendak,
harapan, komitmen yang menjadi arah kolektif pemerintah bersama seluruh warga
Jawa Barat dalam mencapai tujuan pembangunannya.Pembangunan pendidikan
merupakan salah satu bagian yang sangat vital dan fundamental untuk mendukung
upaya-upaya pembangunan Jawa Barat di bidang lainnya. Pembangunan pendidikan
merupakan dasar bagi pembangunan lainnya, mengingat secara hakiki upaya
pembangunan pendidikan adalah membangun potensi manusia yang kelak akan menjadi
pelaku pembangunan.Dalam setiap upaya pembangunan, maka penting untuk
senantiasa mempertimbangkan karakteristik dan potensi setempat. Dalam konteks
ini, masyarakat Jawa Barat yang mayoritas suku Sunda memiliki potensi, budaya
dan karakteristik tersendiri. Secara sosiologis-antropologis, falsafah
kehidupan masyarakat Jawa Barat yang telah diakui memiliki makna mendalam
adalah cageur, bageur, bener, pinter, tur singer. Dalam kaitan ini, filosofi
tersebut harus dijadikan pedoman dalam mengimplementasikan setiap rencana pembangunan,
termasuk di bidang pendidikan. Cageur mengandung makna sehat jasmani dan rohani. Bageur berperilaku baik, sopan santun, ramah, bertata krama. Beneryaitu jujur, amanah, penyayang dan takwa. Pinter, memiliki ilmu pengetahuan. Singer artinya kreatif dan inovatif.Sebagai sebuah upaya
mewujudkan pembangunan pendidikan berfalsafahkan cageur, bageur, bener, pinter, tur singer tersebut, ditempuh pendekatan social cultural heritage approach.
Melalui pendekatan ini diharapkan akan lahir peran aktif masyarakat dalam
menyukseskan program pembangunan pendidikan yang digulirkan pemerintahan.
E. Bahasa Suku Sunda
Bahasa Sunda adalah bahasa yang
diciptakan dan digunakan sebagai alat komunikasi oleh Suku Sunda, dan sebagai
alat pengembang serta pendukung kebudayaan Sunda itu sendiri. Selain itu bahasa
Sunda merupakan bagian dari budaya yang memberi karakter yang khas sebagai
identitas Suku Sunda yang merupakan salah satu Suku dari beberapa Suku yang ada
di Indonesia. Bahasa Sunda adalah bahasa daerah di
Indonesia yang dituturkan oleh lebih kurang 27 juta jiwa dan merupakan bahasa dengan
penutur terbanyak kedua setelah bahasa Jawa.
a) Dalam bahasa Sunda, ada yang dikenal
dengan nama bahasa Sunda Kuna. Bahasa Sunda Kuna biasanya tertulis pada
benda-benda peninggalan sejarah, seperti tulisan-tulisan di batu yang disebut
prasasti maupun naskah-naskah yang ditulis pada daun lontar.
b) Bahasa Sunda dengan dialek khasnya menambah bahan kajian para
peneliti bahasa karena bahasa Sunda dianggap sebagai bahasa daerah yang sulit.
Berbeda dengan bahasa Indonesia, bahasa Sunda memiliki beberapa tingkatan
berdasarkan tingkat kesopanannya, di antaranya sebagai berikut.
c) Bahasa Sunda
lemes, yaitu
bahasa Sunda halus yang digunakan untuk orang yang usianya di atas kita. Bahasa
Sunda halus ini memiliki nilai kesopanan yang sangat tinggi. Biasanya digunakan
untuk berbicara dengan orang tua, guru, dan orang yang kita
hormati. Contoh: "tuang" yang berarti makan.
d) Bahasa Sunda
loma, yaitu
bahasa Sunda setengah halus atau sedang-sedang saja. Bahasa Sunda loma ini
biasanya digunakan pada orang yang usianya sepantaran. Misal untuk mengobrol dengan teman biasanya menggunakan bahasa Sunda loma. Contoh:
"dahar" yang berarti makan.
e) Bahasa Sunda
kasar, yaitu
bahasa Sunda yang paling kasar. Bahasa Sunda kasar ini sering digunakan
seseorang ketika sedang marah. Bahasa Sunda kasar juga digunakan oleh
orang-orang yang tingkat pendidikannya kurang sehingga tidak tahu tata krama.
Contoh: "madang, lalatuk, jajablog, lolodok," yang berarti makan.
f) Bahasa Sunda merupakan bahasa yang unik dengan tingkatan-tingkatan berbahasa,
atau lebih dikenal dengan istilah undak-usuk yang nyaris tidak dimiliki oleh
bahasa lain.
Ada beberapa dialek dalam bahasa
Sunda, mulai dari dialek Sunda-Banten, hingga dialek Sunda-Jawa Tengahan yang
mulai tercampur bahasa Jawa. Berikut dialek-dialek bahasa Sunda dan lokasi
cakupannya:
a) Dialek Barat (Bahasa Sunda Banten)
mencakup daerah Banten dan lampung
b) Dialek Utara mencakup daerah Sunda
utara yaitu kota Bogor dan beberapa daerah Pantura.
c) Dialek Selatan (Priangan) mencakup
kota Bandung dan sekitarnya
d) Dialek Tengah Timur mencakup daerah
Kabupaten majalengkan dan Indramayu.
e) Dialek Timur Laut (Bahasa Sunda
Cirebon) mencakup daerah Cirebon dan Kuningan, dan beberapa kecamatan di
Kabupaten Brebes dan Tegal Jawa Tengah.
f) Dialek Tenggara mencakup daerah
Ciamis, beberapa kecamatan di Kabupaten Cilacap dan Banyumas Jawa Tengah.
F. Kesenian Suku Sunda
a) Kesenian Kirap Helaran
Kirap
helaran atau yang disebut sisingaan adalah suatu jenis kesenian tradisional
atau seni pertunjukan rakyat yang dilakukan dengan arak-arakan dalam bentuk
helaran. Pertunjukannya biasa ditampilkan pada acara khitanan atau acara-acara
khusus seperti ; menyambut tamu, hiburan peresmian, kegiatan HUT Kemerdekaan RI
dan kegiatan hari-hari besar lainnya. Seperti yang diikuti ratusan orang dari
perwakilan seluruh kelurahan di Cimahi, yang berupa arak-arakan yang pernah
digelar pada saat Hari Jadi ke-6 Kota Cimahi. Kirap ini yang bertolak dari
Alun-alun Kota Cimahi menuju kawasan perkantoran Pemkot Cimahi, Jln. Rd. Demang
Hardjakusumah itu, diikuti oleh kelompok-kelompok masyarakat yang menyajikan
seni budaya Sunda, seperti sisingaan, gotong gagak, kendang rampak, calung,
engrang, reog, barongsai, dan klub motor.
` b) Karya Sastra
Di
bawah ini disajikan daftar karya sastra dalam bahasa Jawa yang berasal dari
daerah kebudayaan Sunda :
· Babad Cerbon
· Cariosan Prabu Siliwangi
· Carita Ratu Galuh
· Carita Purwaka Caruban Nagari
· Carita Waruga Guru
· Kitab Waruga Jagat
· Layang Syekh Gawaran
· Pustaka Raja Purwa
· Sajarah Banten
· Suluk Wuyung Aya
· Wahosan Tumpawarang
· Wawacan Angling Darma
· Wawacan Syekh Baginda Mardan
· Kitab Pramayoga/jipta Sara
c) Pencak Silat Cikalong
Pencak
silat Cikalong tumbuh dikenal dan menyebar, penduduk tempatan menyebutnya
“Maempo Cikalong”. Khususnya di Jawa Barat dan diseluruh Nusantara pada
umumnya, hampir seluruh perguruan pencak silat melengkapi teknik perguruannya
dengan aliran ini. Daerah Cianjur sudah sejak dahulu terkenal sebagai daerah
pengembangan kebudayaan Sunda seperti; musik kecapi suling Cianjuran, klompen
cianjuran, pakaian moda Cianjuran yang sampai kini dipergunakan dll.
d) Seni Tari
a). Tari Jaipong
Tanah
Sunda (Priangan) dikenal memiliki aneka budaya yang unik dan menarik, Jaipongan
adalah salah satu seni budaya yang terkenal dari daerah ini. Jaipongan atau
Tari Jaipong sebetulnya merupakan tarian yang sudah moderen karena merupakan
modifikasi atau pengembangan dari tari tradisional khas Sunda yaitu Ketuk
Tilu.Tari Jaipong ini dibawakan dengan iringan musik yang khas pula,
yaitu Degung. Musik ini merupakan kumpulan beragam alat musik seperti
Kendang, Go’ong, Saron, Kacapi, dsb. Degung bisa diibaratkan ‘Orkestra’ dalam
musik Eropa/Amerika. Ciri khas dari Tari Jaipong ini adalah musiknya yang
menghentak, dimana alat musik kendang terdengar paling menonjol selama mengiringi
tarian. Tarian ini biasanya dibawakan oleh seorang, berpasangan atau
berkelompok. Sebagai tarian yang menarik, Jaipong sering dipentaskan pada
acara-acara hiburan, selamatan atau pesta pernikahan.
b). Tari Ketuk Tilu
Tari Ketuk Tilu adalah suatu tarian
pergaulan dan sekaligus hiburan yang biasanya 7 diselenggarakan pada acara
pesta perkawinan, acara hiburan penutup kegiatan atau diselenggrakan secara
khusus di suatu tempat yang cukup luas. Pemunculan tari ini dimasyarakat tidak
ada kaitannya dengan adat tertentu atau upacara sakral tertentu tapi murni
sebagai pertunjukan hiburan dan pergaulan. Oleh karena itu tari ketuk tilu ini
banyak disukai masyarakat terutama dipedesaan yang jarang kegiatan hiburan.
c).
Seni Musik dan Tari
Selain seni tari, tanah Sunda juga
terkenal dengan seni suaranya. Dalam memainkan Degung biasanya ada seorang
penyanyi yang membawakan lagu-lagu Sunda dengan nada dan alunan yang khas.
Penyanyi ini biasanya seorang wanita yang dinamakan Sinden. Tidak sembarangan
orang dapat menyanyikan lagu yang dibawakan Sindenkarena nada dan ritme-nya
cukup sulit untuk ditiru dan dipelajari.Dibawah ini salah salah satu musik/lagu
daerah Sunda :
· Bubuy Bulan
· Es Lilin
· Manuk Dadali
· Tokecang
· Warung Pojok
d) Wayang Golek
Jepang boleh terkenal dengan ‘Boneka
Jepangnya’, maka tanah Sunda terkenal dengan kesenian Wayang Golek-nya. Wayang
Golek adalah pementasan sandiwara boneka yang terbuat dari kayu dan dimainkan
oleh seorang sutradara merangkap pengisi suara yang disebut Dalang. Seorang
Dalang memiliki keahlian dalam menirukan berbagai suara manusia. Seperti halnya
Jaipong, pementasan Wayang Golek diiringi musik Degung lengkap dengan
Sindennya. Wayang Golek biasanya dipentaskan pada acara hiburan, pesta
pernikahan atau acara lainnya. Waktu pementasannya pun unik, yaitu pada malam
hari (biasanya semalam suntuk) dimulai sekitar pukul 20.00 – 21.00 hingga pukul
04.00 pagi. Cerita yang dibawakan berkisar pada pergulatan antara kebaikan dan
kejahatan (tokoh baik melawan tokoh jahat). Ceritanya banyak diilhami oleh
budaya Hindu dari India, seperti Ramayana atau Perang Baratayudha. Tokoh-tokoh
dalam cerita mengambil nama-nama dari tanah India.Dalam Wayang Golek, ada
‘tokoh’ yang sangat dinantikan pementasannya yaitu kelompok yang dinamakan
Purnakawan, seperti Dawaladan Cepot. Tokoh-tokoh ini digemari karena mereka
merupakan tokoh yang selalu memerankan peran lucu (seperti pelawak) dan sering
memancing gelak tawa penonton. Seorang Dalang yang pintar akan memainkan tokoh
tersebut dengan variasi yang sangat menarik.
e) Alat Musik
1. Calung
Calung adalah alat musik Sunda
yang merupakan prototipe dari angklung. Berbeda dengan angklung yang dimainkan
dengan cara digoyangkan, cara menabuh calung adalah dengan mepukul batang
(wilahan, bilah) dari ruas-ruas (tabung bambu) yang tersusun menurut titi laras
(tangga nada) pentatonik (da-mi-na-ti-la). Jenis bambu untuk pembuatan calung
kebanyakan dari awi wulung (bambu hitam), namun ada pula yang dibuat dari awi
temen (bambu yang berwarna putih).
2. Angklung
Angklung adalah sebuah alat atau
waditra kesenian yang terbuat dari bambu khusus yang ditemukan oleh Bapak Daeng
Sutigna sekitar tahun 1938. Ketika awal penggunaannya angklung masih sebatas
kepentingan kesenian local atau tradisional
3. Seni Bangreng
Seni Bangreng adalah pengembangan
dari seni “Terbang” dan “Ronggeng”. Seni terbang itu sendiri merupakan kesenian
yang menggunakan “Terbang”, yaitu semacam rebana tetapi besarnya tiga kali dari
alat rebana. Dimainkan oleh lima pemain dan dua orang penabu gendang besar dan
kecil.
4. Rengkong
Rengkong adalah salah satu kesenian
tradisional yang diwariskan oleh leluhur masyarakat Sunda. Muncul sekitar tahun
1964 di daerah Kabupaten Cianjur dan orang yang pertama kali memunculkan dan
mempopulerkannya adalah H. Sopjan. Bentuk kesenian ini sudah diambil dari tata
cara masyarakat sunda dahulu ketika menanam padi sampai dengan menuainya
5. Kuda Renggong
Kuda Renggong atau Kuda Depok ialah
salah satu jenis kesenian helaran yang terdapat di Kabupaten Sumedang,
Majalengka dan Karawang. Cara penyajiannya yaitu, seekor kuda atau lebih di
hias warna-warni, budak sunat dinaikkan ke atas punggung kuda tersebut, Budak
sunat tersebut dihias seperti seorang Raja atau Satria, bisa pula meniru
pakaian para Dalem Baheula, memakai Bendo, takwa dan pakai kain serta selop.
6. Kecapi Suling
Kacapi Suling adalah salah satu
jenis kesenian Sunda yang memadukan suara alunan Suling dengan Kacapi (kecapi),
iramanya sangat merdu yang biasanya diiringi oleh mamaos (tembang) Sunda yang
memerlukan cengkok/ alunan tingkat tinggi khas Sunda. Kacapi Suling berkembang
pesat di daerah Cianjur dan kemudian menyebar kepenjuru Parahiangan Jawa Barat
dan seluruh dunia.
E). Sistem Mata Pencaharian Suku Sunda
Mayoritas masyarakat Sunda
berprofesi sebagai petani termasuk berhuma, penambang pasir, dan
berladang.Sampai abad ke-19, banyak dari masyarakat Sunda yang berladang secara
berpindah-pindah. Di wilayah perkotaan, banyak orang Sunda yang berprofesi
sebagai buruh pabrik, pegawai negeri, dan pembantu rumah tangga. Profesi
pedagang keliling banyak pula dilakoni oleh masyarakat Sunda, terutama asalTasikmalayadanGarut.Merekabanyak menjual aneka
perabotan rumah.Kebanyakan tidak suka merantau atau hidup berpisah dengan
orang-orang sekerabatnya. Kebutuhan orang Sunda terutama adalah hal
meningkatkan tarafhidup. Menurut data dari Bappenas
(kliping Desember 1993) di Jawa Barat terdapat 75% desamiskin.Secara umumkemiskinan
di Jawa Barat
disebabkanoleh kelangkaan sumber daya manusia. Maka
yang dibutuhkan adalahpengembangan sumber daya manusia
yang berupa pendidikan, dan pembinaan.
Mata pencaharian pokok masyarakat Sunda adalah :
a) Bidang perkebunan, seperti tumbuhan
teh, kelapa sawit, karet, dan kina.
b) Bidang pertanian, seperti padi,
palawija, dan sayur-sayuran.
c) Bidang perikanan, seperti tambak
udang, dan perikanan ikan payau.
Selain bertani, berkebun dan
mengelola perikanan, ada juga yang bermata pencaharian sebagai pedagang,
pengrajin, dan peternak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar