Sterilisasi
Hampir semua tindakan
yang dilakukan dalam diagnosa mikrobilogi, sterilisasi sangat diutamakan baik
alat-alat yang dipakai maupun medianya. Bila penanaman spesimen dalam media,
petri, ose maupun media yang digunakan tidak steril, maka sangat tidak mungkin
untuk membedakan apakah kuman yang berhasil diisolasi tersebut berasal dari
penderita atau merupakan hasil kontaminasi dari alat-alat atau media yang
digunakan.
Suatu alat atau bahan
dikatakan steril bila alat/bahan tersebut bebas dari mikroba baik dalam bentuk
vegetatif maupun sopra. Tindakan untuk membebaskan alat atau media dari jasad
renik disebut sterilisasi. Ada beberapa cara sterilisasi, untuk pemilihannya
tergantung dari bahan/alat yang akan disterilkan. Secara garis besar
sterilisasi dapat dibagi sebagai berikut :
a. pemanasan
b. filtrasi
c. penyinaran dengan
sinar gelombang pendek (radiasi)
d. kimia (khemis)
A. Sterilisasi dengan
Pemanasan
Desinfeksi
1. Dengan pemanasan
kering
Pembakaran
Alat yang digunakan
adalah lampu spiritus/bunsen. Pembakaran dapat dilakukan dengan cara :
- Memijarkan
Pembakaran dengan cara
ini hanya cocok untuk alat-alat logam (ose, pinset, dll), yang dibiarkan sampai
memijar. Dengan cara ini seluruh mikroorganisme, termasuk spora, dapat dibasmi.
- Menyalakan
Dapat diartikan suatu
pelintasan alat gelas (ujung pinset, bibir tabung, mulut erlenmeyer, dll)
melalui nyala api. Cara ini merupakan hal darurat dan tidak memberikan jaminan
bahwa mikroorganisme yang melekat pada alat dengan pasti terbunuh.
Cara mensterilkan ose :
Ose disterilkan dengan
cara dibakar pada nyala api lampu spiritus atau lampu gas. Pada waktu
memanaskan ose, dimulai dari pangkal kawat dan setelah terlihat merah berpijar
secara pelan-pelan pemansan dilanjutkan ke ujung ose. Hal ini dimaksudkan untuk
mencegah terloncatnya kuman akibat pemanasan langsung dan terlalu cepat pada
mata ose. Nyala api pada sterilisator mempunyai perbedaan dalam derajat panas.
ABCD (diarsir) :
merupakan ruang oksidasi
ABCD : merupakan ruang
reduksi
AB : dasar api
a : ruang oksidasi atas
b : ruang oksidasi bawah
c : ruang reduksi atas
d : ruang reduksi bawah
e : bagian yang paling
tidak panas
Tempat yang paling panas
adalah ruang oksidasi bawah yang letaknya kira-kira sepertiga bawah dari
tingginya nyala api. Yang perlu diperhatikan :
- jangan memegang mata
ose dengan tangan sebelum ose disterilkan
- jangan meletakkan ose
di atas meja, tetapi letakkan pada tempat yang disediakan setelah disterilkan.
Dengan udara panas (hot
air oven)
Cara ini menggunakan
udara yang dipanaskan dan kering, serta berlangsung dalam sterilisator udara
panas (oven). Pemanasan dengan udara panas dugunakan untuk sterilisasi
alat-alat laboratorium dari gelas misalnya : petri, tabung gelas, botol pipet
dll, juga untuk bahan-bahan minyak dan powder misalnya talk. Bahan dari karet,
kain, kapas dan kasa tidak dapat ditserilkan dengan cara ini.
Setelah dicuci alat-alat
yang akan disterilkan dikeringkan dan dibungkus dengan kertas tahan panas,
kemudian dimasukkan dalam oven dan dipanaskan pada temperatur antara 150 -
170ºC, selama kurang lebih 90 – 120 menit. Hal yang perlu diperhatikan adalah
bahwa di antara bahan yang disterilisasi harus terdapat jarak yang cukup, untuk
menjamin agar pergerakan udara tidak terhambat.
2. Dengan pemanasan
basah
Dengan merebus
Digunakan untuk
mensterilkan alat-alat seperti gunting, pinset, skalpel, jarum, spuit injeksi
dan sebagainya dengan cara direbus dalam suasana mendidih selama 30-60 menit.
Dengan uap air panas
Digunakan terutama untuk
mensterilkan media-media yang akan mengalami kerusakan bila dikerjakan dengan
sterilisasi uap air panas dengan tekanan (autoklav) ataupun untuk alat-alat
tertentu. Cara ini dijalankan dengan pemanasan 100ºC selama 1 jam. Perlu
diingat bahwa dengan cara ini spora belum dimatikan, dan ada beberapa media yang
tidak tahan pada panas tersebut (misalnya media Loewenstein, Urea Broth). Media
tersebut disterilkan dengan cara sterilisasi bertingkat ataupun filtrasi. Alat
yang digunakan adalah sterilisator, autoklav, dimana tekanan dalam autoklav
dijaga tetap 1 atmosfer (klep pengatur tekanan dalam keadaan terbuka).
Dengan uap air
bertekanan (Autoklav)
Dengan cara pengatur
tekanan dalam autoklav, maka dapat dicapai panas yang diinginkan. Cara ini
dipakai untuk sterilisasi media yang tahan terhadap pemanasan tinggi. Sterilisasi
biasanya dijalankan dengan menggunakan panas 120ºC selama 10 – 70 menit
tergantung kebutuhan. Hal yang perlu diperhatikan bila mengerjakan sterilisasi
dengan menggunakan autoklav :
- harus ditunggu selama
bekerja
- hati-hati bila
mengurangi tekanan dalam autoklav (perubahann temperatur dan tekanan secara
mendadak dapat menyebabkan cairan yang disterilkan meletus dan gelas-gelas
dapat pecah).
Pada sterilisasi dengan
pemanasan kering, bakteri akan mengalami proses oksidasi putih telur, sedang
dengan sterilisasi panas basah, akan mengakibatkan terjadinya koagulasi putih
telur bakteri. Dalam keadaan lembab jauh lebih cepat menerima panas daripada
keadaan kering sehingga sterilisasi basah lebih cepat dibanding oksidasi).
Pasteurisasi
Digunakan untuk mensterilkan
susu dan minuman beralkohol. Panas yang digunakan 61,7ºC selama 30 menit.
B. Sterilisasi dengan
Filtrasi
Sterilisasi dengan cara
ini dilakukan dengan mengalirkan cairan atau gas pada saringan berpori kecil
sehingga dapat menahan mikroorganisme dengan ukuran tertentu. Kegunaan:
- untuk sterilisasi
media yang tidak tahan terhadap pemanasan, misalnya Urea Broth ataupun untuk
sterilisasi vaksin, serum, enzim, vitamin.
- Meminimalkan kuman
udara masuk untuk ruangan kerja secara aseptis
Virus seperti mikroorganisme
tanpa dinding sel (mikroplasma) umumnya tidak dapat ditahan oleh filter.
C. Sterilisasi dengan
Penyinaran (radiasi)
Sterilisasi dengan cara
ini diperlukan jika sterilisasi panas maupun dinding tidak dapat dilakukan.
Beberapa macam radiasi mengakibatkan letal terhadap sel-sel jasad renik dan
mikroorganisme lain. Jenis radiasi termasuk bagian dari spkterum elektromagnetik,
misalnya : sinar ultraviolet, sinar gamma, sinar x dan juga sinar katoda
elektro kecepatan tinggi. Sinar ultraviolet mempunyai panjang gelombang 15-390
nm. Lampu sinar ultraviolet dengan panjang gelombang 260 – 270 nm, dimana sinar
dengan panjang gelombang sekitar 265 nm mempunyai daya bakterisid yang tinggi.
Lampu ultraviolet digunakan untuk mensterilkan ruangan, misalnya di kamar
bedah, ruang pengisian obat dalam ampul dan flakon di industri farmasi, juga
bisa digunakan diperusahaan makanan untuk mencegah pencemaran permukaan.
Sinar x mempunyai daya
penetrasi lebih besar dibanding dengan sinar ultraviolet. Sinar gamma mempunyai
daya penetrasi lebih besar dibandingkan dengan sinar x dan digunakan untuk
mensterilkan material yang tebal, misalnya bungkusan alat-alat kedokteran atau
paket makanan. Sinar katoda biasa dipakai menghapus hama pada suhu kamar
terhadap barang-barang yang telah dibungkus.
D. Cara Kimia (Khemis)
Merupakan cara
sterilisasi dengan bahan kimia. Beberapa istilah yang perlu difahami:
- Desinfektan adalah
suatu bahan kimia yang dapat membunuh sel-sel vegetatif dan jasad renik.
Biasanya digunakan untuk obyek yang tidak hidup, karena akan merusak jaringan.
Prosesnya disebut desinfeksi.
- Antiseptik adalah
suatu bahan atau zat yang dapat mencegah, melawan maupun membunuh pertumbuhan
dan kegiatan jasat renik. Biasanya digunakan untuk tubuh. Prosesnya disebut
antiseptis.
- Biosidal adalah suatu
zat yang aksinya dipakai unhtuk membunuh mikroorganisme, misal : bakterisid,
virosid, sporosid.
- Biostatik adalah zat
yang aksinya untuk mencegah/menghambat pertumbuhan organisme, misal :
bakteriostatik, fungistatik.
Ada beberapa zat yang
bersifat anti mikroba.
1. Fenol dan derivatnya
Zat kimia ini bekerja
dengan cara mempresipitasikan protein secara aktif atau merusak selaput sel
dengan penurunan tegangan permukaan. Fenol cepat bekerja sebagai desinfektan
maupun antiseptik tergantung konsentrasinya. Daya antimikroba fenol akan
berkurang pada suasana alkali, suhu rendah, dan adanya sabun.
2. Alkohol
Alkohol beraksi dengan
mendenaturasi protein dengan jalan dehidrasi dan melarutkan lemak sehingga
membran sel rusak dan enzim-enzim akan diinaktifkan oleh alkohol. Etil alkohol
(etanol) 50-70% mempunyai sifat bakterisid untuk bentuk vegetatif. Metanol daya
bakterisidnya kurang dibandingkan etanol, dan beracun terhadap mata.
3. Halogen beserta
gugusannya
Halogen beserta
gugusannya ini mematikan mikroorganisme dengan cara mengoksidadi protein
sehingga merusak membran dan menginaktifkan enzim-enzim. Misalnya :
- Yodium dipakai untuk
mendesinfeksi kulit sebelum dilakukan pembedahan
- Hipoklorit digunakan
untuk sanitasi alat-alat rumah tangga. Yang umum dipakai adalah kalsium
dipoklorit dan sodium hipoklorit.
4. Logam berat dan
gugusannya
Logam berat dapat
memprestasikan enzim-enzim atau protein esensial lain dalam sel sehingga dapat
berfungsi sebagai anti mikroba.
Contoh :
- Merkurokrom, merthiolat
sebagai antiseptik.
- Perak nitrat sebagai
tetes mata guna mencegah penyakit mata pada bayi (Neonatol gonococcal
ophthalmitic).
5. Deterjen
Dengan gugus hipofilik
dan hidrofilik, deterjen akan merusak membran sitoplasma.
i. Aldehid
Aldehid mendesinfeksi
dengan cara mendenaturasi protein. Contoh : formalin (formaldehid)
ii. Gas sterilisator
Digunakan untuk
bahan/alat yang tidak dapat disterilkan dengan panas tinggi atau dengan zat
kimia cair. Pada proses ini material disterilkan dengan gas pada suhu kamar.
Gas yang dipakai adalah ethilen oksida.
Kebaikannya : ethilen
oksida mempunyai daya sterilisasi yang besar dan daya penetrasinya besar
Kejelekannya : ethilen
oksida bersifat toksis dan mudah meledak.
A. Pengertian
Desinfektan
Desinfektan adalah bahan
kimia yang digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi atau pencemaran jasad
renik seperti bakteri dan virus, juga untuk membunuh atau menurunkan jumlah
mikroorganisme atau kuman penyakit lainnya. Disinfektan digunakan untuk
membunuh mikroorganisme pada benda mati.
Desinfeksi adalah
membunuh mikroorganisme penyebab penyakit dengan bahan kimia atau secara fisik,
hal ini dapat mengurangi kemungkinan terjadi infeksi dengan jalam membunuh
mikroorganisme patogen. Desinfeksi dilakukan apabila sterilisasi sudah tidak
mungkin dikerjakan, meliputi : penghancuran dan pemusnahan mikroorganisme patogen
yang ada tanpa tindakan khusus untuk mencegah kembalinya mikroorganisme
tersebut.
10 kriteria suatu
desinfektan dikatakan ideal, yaitu :
1. Bekerja dengan cepat
untuk menginaktivasi mikroorganisme pada suhu kamar
2. Aktivitasnya tidak
dipengaruhi oleh bahan organik, pH, temperatur dan kelembaban
3. Tidak toksik pada
hewan dan manusia
4. Tidak bersifat
korosif
5. Tidak berwarna dan
meninggalkan noda
6. Tidak berbau/ baunya
disenangi
7. Bersifat
biodegradable/ mudah diurai
8. Larutan stabil
9. Mudah digunakan dan
ekonomis
10. Aktivitas
berspektrum luas
B. Variabel dalam
desinfektan
1. Konsentrasi (Kadar)
Konsentrasi yang
digunakan akan bergantung kepada bahan yang akan didesinfeksi dan pada
organisme yang akan dihancurkan.
2. Waktu
Waktu yang diperlukan
mungkin dipengaruhi oleh banyak variable.
3. Suhu
Peningkatan suhu
mempercepat laju reaksi kimia.
4. Keadaan Medium
Sekeliling
pH medium dan adanya
benda asing mungkin sangat mempengaruhi proses disinfeksi.
Macam-Macam Desinfektan
1. Garam Logam Berat
Garam dari beberapa
logam berat seperti air raksa dan perak dalam jumlah yang kecil saja dapat
membunuh bakteri, yang disebut oligodinamik. Hal ini mudah sekali ditunjukkan
dengan suatu eksperimen. Namun garam dari logam berat itu mudah merusak kulit,
makan alat-alat yang terbuat dari logam dan lagipula mahal harganya. Meskipun
demikian, orang masih biasa menggunakan merkuroklorida (sublimat) sebagai
desinfektan. Hanya untuk tubuh manusia lazimnya kita pakai merkurokrom, metafen
atau mertiolat.
2. Zat Perwarna
Zat perwarna tertentu
untuk pewarnaan bakteri mempunyai daya bakteriostatis. Daya kerja ini biasanya
selektif terhadap bakteri gram positif, walaupun beberapa khamir dan jamur
telah dihambat atau dimatikan, bergantung pada konsentrasi zat pewarna tersebut.
Diperkirakan zat pewarna itu berkombinasi dengan protein atau mengganggu
mekanisme reproduksi sel. Selain violet Kristal (bentuk kasar, violet gentian),
zat pewarna lain yang digunakan sebagai bakteriostatis adalah hijau malakhit
dan hijau cemerlang.
3. Klor dan senyawa klor
Klor banyak digunakan
untuk sterilisasi air minum. persenyawaan klor dengan kapur atau dengan natrium
merupakan desinfektan yang banyak dipakai untuk mencuci alat-alat makan dan
minum.
4. Fenol dan
senyawa-senyawa lain yang sejenis
Larutan fenol 2 – 4%
berguna sebagai desinfektan. Kresol atau kreolin lebih baik khasiatnya daripada
fenol. Lisol ialah desinfektan yang berupa campuran sabun dengan kresol; lisol
lebih banyak digunakan daripada desinfektan-desinfektan yang lain. Karbol ialah
nama lain untuk fenol. Seringkali orang mencampurkan bau-bauan yang sedap,
sehingga desinfektan menjadi menarik.
5. Kresol
Destilasi destruktif
batu bara berakibat produksi bukan saja fenol tetapi juga beberapa senyawa yang
dikenal sebagai kresol. Kresol efektif sebagai bakterisida, dan kerjanya tidak
banyak dirusak oleh adanya bahan organic. Namun, agen ini menimbulkan iritasi
(gangguan) pada jaringan hidup dan oleh karena itu digunakan terutama sebagai
disinfektan untuk benda mati. Satu persen lisol (kresol dicampur dengan sabun)
telah digunakan pada kulit, tetapi konsentrasi yang lebih tinggi tidak dapat
ditolerir.
6. Alkohol
Sementara etil alcohol
mungkin yang paling biasa digunakan, isoprofil dan benzyl alcohol juga
antiseptic. Benzyl alcohol biasa digunakan terutama karena efek preservatifnya
(sebagai pengawet).
7. Formaldehida
Formaldehida adalah
disinfektan yang baik apabila digunakan sebagai gas. Agen ini sangat efektif di
daerah tertutup sebagai bakterisida dan fungisida. Dalam larutan cair sekitar
37%, formaldehida dikenal sebgai formalin.
8. Etilen Oksida
Jika digunakan sebagi
gas atau cairan, etilen oksida merupakan agen pembunuh bakteri, spora, jamur
dan virus yang sangat efektif. Sifat penting yang membuat senyawa ini menjadi
germisida yang berharga adalah kemampuannya untuk menembus ke dalam dan melalui
pada dasarnya substansi yang manapun yang tidak tertutup rapat-rapat. Misalnya
agen ini telah digunakan secara komersial untuk mensterilkan tong-tong rempah-
rempah tanpa membuka tong tersebut. Agen ini hanya ditempatkan dalam aparatup
seperti drum dan, setelah sebagian besar udaranya dikeluarkan dengan pompa
vakum, dimasukkanlah etilen oksida.
9. Hidogen Peroksida
Agen ini mempunyai sifat
antseptiknya yang sedang, karena kemampuannya mengoksidasi. Agen ini sangat
tidak stabil tetapi sering digunakan dalam pembersihan luka, terutama luka yang
dalam yang di dalamnya kemungkinan dimasuki organisme aerob.
10. Betapropiolakton
Substansi ini mempunyai
banyak sifat yang sama dengan etilen oksida. Agen ini mematikan spora dalam
konsentrasi yang tidak jauh lebih besar daripada yang diperlukan untuk
mematikan bakteri vegetatif. Efeknya cepat, ini diperlukan, karena
betapropiolakton dalam larutan cair mengalami hidrolisis cukup cepat untuk
menghasilkan asam akrilat, sehingga setelah beberapa jam tidak terdapat
betapropiolakton yang tersisa.
11. Senyawa Amonium
Kuaterner
Kelompok ini terdiri
atas sejumlah besar senyawa yang empat subtituennya mengandung karbon, terikat
secara kovalen pada atom nitrogen. Senyawa – senyawa ini bakteriostatis atau
bakteriosida, tergantung pada konsentrasi yang digunakan; pada umumnya,
senyawa-senyawa ini jauh lebih efektif terhadap organisme gram-positif daripada
organisme gram-negatif.
12. Sabun dan Detergen
Sabun bertindak terutama
sebagai agen akti-permukaan;yaitu menurunkan tegangan permukaan. Efek mekanik
ini penting karena bakteri, bersama minyak dan partikel lain, menjadi terjaring
dalam sabun dan dibuang melalui proses pencucian.
13. Sulfonamida
Sejak 1937 banyak
digunakan persenyawaan-persenyawaan yang mengandung belerang sebagai penghambat
pertumbuhan bakteri dan lagipula tidak merusak jaringan manusia. Terutama
bangsa kokus seperti Sterptococcus yang mengganggu tenggorokan, Pneumococcus,
Gonococcus, dan Meningococcus sangat peka terhadap sulfonamide.
14. Antibiotik
Antibiotik ialah zat-zat
yang dihasilkan oleh mikroorganisme, dan zat-zat itu dalam jumlah yang sedikit
pun mempunyai daya penghambat kegiatan mikroorganisme yang lain.
Disinfeksi dan
antiseptik
Desinfeksi adalah
membunuh mikroorganisme penyebab penyakit dengan bahan kimia atau secara fisik,
hal ini dapat mengurangi kemungkinan terjadi infeksi dengan jalam membunuh
mikroorganisme patogen. Disinfektan yang tidak berbahaya bagi permukaan tubuh
dapat digunakan dan bahan ini dinamakan antiseptik.
Antiseptik adalah zat
yang dapat menghambat atau menghancurkan mikroorganisme pada jaringan hidup,
sedang desinfeksi digunakan pada benda mati. Desinfektan dapat pula digunakan
sebagai antiseptik atau sebaliknya tergantung dari toksisitasnya.
Sebelum dilakukan
desinfeksi, penting untuk membersihkan alat-alat tersebut dari debris organik
dan bahan-bahan berminyak karena dapat menghambat proses disinfeksi.
Macam-macam desinfektan
yang digunakan dalam bidang kedokteran
Alkohol
Etil alkohol atau propil
alkohol pada air digunakan untuk mendesinfeksi kulit. Alkohol yang dicampur
dengan aldehid digunakan dalam bidang kedokteran gigi unguk mendesinfeksi
permukaan, namun ADA tidak menganjurkkan pemakaian alkohol untuk mendesinfeksi
permukaan oleh karena cepat menguap tanpa meninggalkan efek sisa.
Aldehid
Glutaraldehid merupakan
salah satu desinfektan yang populer pada kedokteran gigi, baik tunggal maupun
dalam bentuk kombinasi. Aldehid merupakan desinfektan yang kuat.
Glutaraldehid 2% dapat
dipakai untuk mendesinfeksi alat-alat yang tidak dapat disterilkan, diulas
dengan kasa steril kemudian diulas kembali dengan kasa steril yang dibasahi
dengan akuades, karena glutaraldehid yang tersisa pada instrumen dapat
mengiritasi kulit/mukosa, operator harus memakai masker, kacamata pelindung dan
sarung tangan heavy duty.
Larutan glutaraldehid 2%
efektif terhadap bakteri vegetatif seperti M. tuberculosis, fungi, dan virus
akan mati dalam waktu 10-20 menit, sedang spora baru alan mati setelah 10 jam.
Biguanid
Klorheksidin merupakan
contoh dari biguanid yang digunakan secara luas dalam bidang kedokteran gigi
sebagai antiseptik dan kontrok plak, misalnya 0,4% larutan pada detergen
digunakan pada surgical scrub (Hibiscrub), 0,2% klorheksidin glukonat pada
larutan air digunakan sebagai bahan antiplak (Corsodyl) dan pada konsentrasi
lebih tinggi 2% digunakan sebagai desinfeksi geligi tiruan. Zat ini sangat
aktif terhadap bakteri Gram(+) maupun Gram(-). Efektivitasnya pada rongga mulut
terutama disebabkan oleh absorpsinya pada hidroksiapatit dan salivary mucus.
Senyawa halogen
Hipoklorit dan
povidon-iodin adalah zat oksidasi dan melepaskan ion halide. Walaupun murah dan
efektif, zat ini dapat menyebabkan karat pada logam dan cepat diinaktifkan oleh
bahan organik (misalnya Chloros, Domestos, dan Betadine).
Fenol
Larutan jernih, tidak
mengiritasi kulit dan dapat digunakan untuk membersihkan alat yang
terkontaminasi oleh karena tidak dapat dirusak oleh zat organik. Zat ini
bersifat virusidal dan sporosidal yang lemah. Namun karena sebagian besar
bakteri dapat dibunuh oleh zat ini, banyak digunakan di rumah sakit dan
laboratorium.
Klorsilenol
Klorsilenol merupakan
larutan yang tidak mengiritasi dan banyak digunakan sebagai antiseptik,
aktifitasnya rendah terhadap banyak bakteri dan penggunaannya terbatas sebagai
desinfektan (misalnya Dettol).
Desinfeksi permukaan
Disinfektan dapat
membunuh mikroorganisme patogen pada benda mati. Disinfektan dibedakan menurut
kemampuannya membunuh beberapa kelompok mikroorganisme, disinfektan “tingkat
tinggi” dapat membunuh virus seperti virus influenza dan herpes, tetapi tidak
dapat membunuh virus polio, hepatitis B atau M. tuberculosis.
Untuk mendesinfeksi
permukaan dapat dipakai salah satu dari tiga desinfektan seperti iodophor,
derifat fenol atau sodium hipokrit :
- Iodophor dilarutkan
menurut petunjuk pabrik. Zat ini harus dilarutkan baru setiap hari dengan
akuades. Dalam bentuk larutan, desinfektan ini tetap efektif namun kurang
efektif bagi kain atau bahan plastik.
- Derifat fenol (O-fenil
fenol 9% dan O-bensil-P klorofenol 1%) dilarutkan dengan perbandingan 1 : 32
dan larutan tersebut tetap stabil untuk waktu 60 hari. Keuntungannya adalah
“efek tinggal” dan kurang menyebabkan perubahan warna pada instrumen atau
permukaan keras.
- Sodium hipoklorit
(bahan pemutih pakaian) yang dilarutkan dengan perbandingan 1 : 10 hingga 1 :
100, harganya murah dan sangat efektif. Harus hati-hati untuk beberapa jenis
logam karena bersifat korosif, terutama untuk aluminium. Kekurangannya yaitu
menyebabkan pemutihan pada pakaian dan menyebabkan baru ruangan seperti kolam
renang.
Untuk mendesinfeksi
permukaan, umumnya dapat dipakai satu dari tiga desinfektan diatas. Tiap
desinfektan tersebut memiliki efektifitas “tingkat menengah” bila permukaan
tersebut dibiarkan basah untuk waktu 10 menit.