KARAKTERISTIK KAYU, BAMBU, DAN ROTAN

Ringkasan materi: JENIS, SIFAT, KARAKTERISTIK BAHAN KERAJINAN KERAS (KAYU,  BAMBU, DAN ROTAN)

1. Karakteristik Kayu
            Kayu adalah bagian batang atau cabang serta ranting tumbuhan yang mengeras karena mengalami lignifikasi (pengayuan).
            Kayu digunakan untuk berbagai keperluan, mulai dari memasak, membuat perabot (meja, kursi, lemari), bahan bangunan (pintu, jendela, rangka atap), bahan kertas, kerajinan dan banyak lagi. Kayu juga dapat dimanfaatkan sebagai hiasan-hiasan rumah tangga dan sebagainya.
            Penyebab terbentuknya kayu adalah akibat akumulasi selulosa dan lignin pada dinding sel berbagai jaringan di batang.
            Ilmu perkayuan (dendrologi) mempelajari berbagai aspek mengenai klasifikasi kayu serta sifat kimia, fisika, dan mekanika kayu dalam berbagai kondisi penanganan.

1.1. Pengenalan Kayu
            Untuk mengenal/menentukan suatu jenis kayu, tidak selalu dilakukan dengan cara memeriksa kayu dalam bentuk log (kayu bundar), tetapi dapat dilakukan dengan memeriksa sepotong kecil kayu. Penentuan jenis kayu dalam bentuk log, pada umumnya dengan cara memperhatikan sifat-sifat kayu yang mudah dilihat seperti penampakan kulit, warna kayu teras, arah serat, ada tidaknya getah dan sebagainya.
            Penentuan beberapa jenis kayu dalam bentuk olahan (kayu gergajian, moulding, dan sebagainya) masih mudah dilakukan dengan hanya memperhatikan sifat-sifat kasar yang mudah dilihat. Sebagai contoh, kayu jati (Tectona grandis) memiliki gambar lingkaran tumbuh yang jelas). Namun apabila kayu tersebut diamati dalam bentuk barang jadi dimana sifat-sifat fisik asli tidak dapat dikenali lagi karena sudah dilapisi dengan cat, maka satu-satunya cara yang dapat dipergunakan untuk menentukan jenisnya adalah dengan cara memeriksa sifat anatomi/strukturnya. Demikian juga untuk kebanyakan kayu di Indonesia, dimana antar jenis kayu sukar untuk dibedakan, cara yang lebih lazim dipakai dalam penentuan jenis kayu adalah dengan memeriksa sifat anatominya (sifat struktur).
            Pada dasarnya terdapat 2 (dua) sifat utama kayu yang dapat dipergunakan untuk mengenal kayu, yaitu sifat fisik (disebut juga sifat kasar atau sifat makroskopis) dan sifat struktur (disebut juga sifat mikroskopis).
            Secara obyektif, sifat struktur atau mikroskopis lebih dapat diandalkan dari pada sifat fisik atau makroskopis dalam mengenal atau menentukan suatu jenis kayu. Namun untuk mendapatkan hasil yang lebih dapat dipercaya, akan lebih baik bila kedua sifat ini dapat dipergunakan secara bersama-sama, karena sifat fisik akan mendukung sifat struktur dalam menentukan jenis.
            a. Sifat fisik/kasar atau makroskopis adalah sifat yang dapat diketahui secara jelas melalui panca indera, baik dengan penglihatan, penciuman, perabaan dan sebagainya tanpa menggunakan alat bantu.
            Sifat-sifat kayu yang termasuk dalam sifat kasar antara lain adalah :
1. Warna, umumnya yang digunakan adalah warna kayu teras,
2. Tekstur, yaitu penampilan sifat struktur pada bidang lintang,
3. Arah serat, yaitu arah umum dari sel-sel pembentuk kayu,
4. Gambar, baik yang terlihat pada bidang radial maupun tangensial
5. Berat, umumnya dengan menggunakan berat jenis
6. Kesan raba, yaitu kesan yang diperoleh saat meraba kayu,
7. Lingkaran tumbuh,
8. Bau dan sebagainya.
            b. Sifat struktur/mikroskopis adalah sifat yang dapat kita ketahui dengan mempergunakan alat bantu, yaitu kaca pembesar (loupe) dengan pembesaran 10 kali. Sifat struktur yang diamati adalah :
1. Pori (vessel) adalah sel yang berbentuk pembuluh dengan arah longitudinal. Dengan mempergunakan loupe, pada bidang lintang, pori terlihat sebagai lubang-lubang beraturan maupun tidak, ukuran kecil maupun besar. Pori dapat dibedakan berdasarkan penyebaran, susunan, isi, ukuran, jumlah dan bidang perforasi).
2. Parenkim (Parenchyma) adalah sel yang berdinding tipis dengan bentuk batu bata dengan arah longitudinal. Dengan mempergunakan loupe, pada bidang lintang, parenkim (jaringan parenkim) terlihat mempunyai warna yang lebih cerah dibanding dengan warna sel sekelilingnya. Parenkim dapat dibedakan berdasarkan atas hubungannya dengan pori, yaitu parenkim paratrakeal (berhubungan dengan pori) dan apotrakeral (tidak berhubungan dengan pori).
3. Jari-jari (Rays) adalah parenkim dengan arah horizontal. Dengan mempergunakan loupe, pada bidang lintang, jari-jari terlihat seperti garis-garis yang sejajar dengan warna yang lebih cerah dibanding warna sekelilingnya. Jari-jari dapat dibedakan berdasarkan ukuran lebarnya dan keseragaman ukurannya.
4. Saluran interseluler adalah saluran yang berada di antara sel-sel kayu yang berfungsi sebagai saluran khusus. Saluran interseluler ini tidak selalu ada pada setiap jenis kayu, tetapi hanya terdapat pada jenis-jenis tertentu, misalnya beberapa jenis kayu dalam famili Dipterocarpaceae, antara lain meranti (Shorea spp), kapur (Dryobalanops spp), keruing (Dipterocarpus spp), mersawa (Anisoptera spp), dan sebagainya. Berdasarkan arahnya, saluran interseluler dibedakan atas saluran interseluler aksial (arah longitudinal) dan saluran interseluler radial (arah sejajar jari-jari). Pada bidang lintang, dengan mempergunakan loupe, pada umumnya saluran interseluler aksial terlihat sebagai lubang-lubang yang terletak diantara sel-sel kayu dengan ukuran yang jauh lebih kecil.
5. Saluran getah adalah saluran yang berada dalam batang kayu, dan bentuknya seperti lensa. Saluran getah ini tidak selalu dijumpai pada setiap jenis kayu, tapi hanya terdapat pada kayu-kayu tertentu, misalnya jelutung (Dyera spp.)
6. Tanda kerinyut adalah penampilan ujung jari-jari yang bertingkat-tingkat dan biasanya terlihat pada bidang tangensial. Tanda kerinyut juga tidak selalu dijumpai pada setiap jenis kayu, tapi hanya pada jenis-jenis tertentu seperti kempas (Koompasia malaccensis) dan sonokembang (Pterocarpus indicus).
7. Gelam tersisip atau kulit tersisip adalah kulit yang berada di antara kayu, yang terbentuk sebagai akibat kesalahan kambium dalam membentuk kulit. Gelam tersisip juga tidak selalu ada pada setiap jenis kayu. Jenis-jenis kayu yang sering memiliki gelam tersisip adalah karas (Aquilaria spp), jati (Tectona grandis) dan api-api (Avicennia spp).

2. Karakteristik Bambu
Karakteristik bambu sebagai alternatif material bangunan menunjukkan banyak keunggulan, antara lain:
1. Memiliki sifat fisis dan mekanik yang baik. Batangnya berwujud pipa beruas dengan kekuatan struktur yang terkonsentrasi pada permukaan dinding luar, liat namun lentur, mudah dibelah, dipotong, dan dibentuk. Seratnya elastis, optimal menahan beban tarik, tekan, geser, dan tekuk. Beberapa jenis bambu memiliki kekuatan tarik 480 Mpa, setara 12 ton/m2, melebihi kekuatan tarik baja mutu sedang yang hanya 370 Mpa.
2. Rupanya artistik, memiliki pembawaan warna alami, mulus nan cantik meski tanpa dicat, jika cukup umur saat ditebang. Bentuk batang relatif lurus rapi, mudah dikemas, dan dikirim ke lokasi proyek.
3. Relatif murah dibanding bahan bangunan lain karena tumbuh di banyak tempat dan produksi per tahunnya cukup melimpah.
4. Tidak bersifat polutif. Seluruh bagian berguna, tanpa menyisa. Semisal, batangnya untuk bangunan, daunnya untuk obat dan dibuat kompos, bahkan sisa-sisa industri perabot dapat disulap menjadi arang.
5. Ramah lingkungan karena memiliki siklus hidup kurang dari 6 tahun (rentang waktu yang digunakan para ahli sebagai parameter tanaman itu bisa atau tidak diperbaharui). Dalam sepuluh tahun bisa dipanen hingga tiga kali, sedangkan kayu hanya sekali bahkan ada yang harus menunggu hingga seratus tahun baru bisa ditebang.
6. Secara ekologis, bambu bisa bertumbuh dengan sedikit air, malah menjadi sumber mata air. Akar bambu ampuh mencegah longsor, erosi, serta mencegah banjir. Hutan bambu tangkas menangkap karbondioksida, lebih efektif daripada hutan tropis.
           
Selain itu, bambu memiliki kelemahan, menuntut kita untuk mampu mengatasinya, yaitu :
1. Rentan lapuk, reyot, tidak tahan air hujan dan api. Maka, bambu harus diposisikan di tempat yang tidak lembab dan jangan sampai terbakar.
2. Rawan terkena hama jamur, lumut, rayap, bubuk, dan sejenisnya sehingga umurnya relatif pendek. Cara mengatasinya adalah dengan sistem pengawetan, baik secara alami maupun kimiawi.
            Dalam pengerjaannya, ada beberapa hal yang cukup sulit, seperti teknik penyambungan antarbambu, penyambungan dengan material lain, dsb. Namun, para ahli terus mengadakan penelitian hingga ditemukannya bermacam teknologi sambungan bambu.
            Bambu, anugerah Tuhan bagi negara-negara rawan bencana, meliuk santai menghadang gempa. Bahkan satu fakta menakjubkan, hanya bambu, tumbuhan yang hidup selepas amukan radiasi bom nuklir di Hiroshima.
3. Karakteristik Rotan
            Rotan merupakan tumbuhan dari famili Arecaceae (palem). Rotan umumnya merambat, batangnya langsing dengan diameter antara 0,3-10 cm, beruas tapi tidak berongga, dan berduri. Duri ini berfungsi sebagai pertahanan diri dan alat merambat.
            Rotan itu sangat unik, panjang batangnya dapat mencapai 100 meter atau lebih walaupun diameternya hanya sebesar ibu jari tangan atau ibu jari kaki. Bentuk tanaman rotan memang tidak menarik karena sebagian besar terbalut pelepah yang berduri tajam. Batang rotan juga memiliki keuletan dan kekenyalan yang luar biasa. Karena keuletan dan kekenyalannya itu, batang rotan dapat dibuat berbagai bentuk, seperti perabot rumah tangga atau hiasan-hiasan lainnya.
            Pakar rotan menguraikan bahwa ciri umum batang tanaman rotan berbentuk memanjang dan bulat seperti silinder atau segi tiga. Bila rotan dibelah dua akan menjadi bagian yang setangkup. Batang tanaman rotan terbagi menjadi ruas-ruas yang setiap ruas dibatasi oleh buku-buku. Pelepah dan tangkai daun tanaman rotan melekat pada buku-buku tersebut.
            Karakteristik warna batang rotan selalu bervariasi, tidak hanya pada jenis rotan yang berbeda, tetapi juga pada jenis rotan yang sama. Dalam dunia perdagangan, warna rotan sangat penting karena, biasanya, makin baik warna rotan, maka makin mahal harganya. Rotan yang dianggap baik warnanya adalah batang rotan yang berwarna hijau daun pada saat masih hidup karena mengisyaratkan bahwa rotan tersebut berumur cukup tua dan siap untuk dipanen. Batang rotan yang berwarna hijau daun pada saat cukup tua akan berubah dan dapat diubah menjadi putih setelah selaput silikanya terkelupas dan akan makin putih lagi setelah dilakukan proses pemutihan
            Adapun kilap merupakan sifat batang rotan untuk memantulkan cahaya. Rotan yang berkilap atau suram mencirikan jenis rotan tertentu dan dapat menambah keindahan dari rotan. Kilap rotan dipengaruhi oleh kandungan air dalam rotan. Makin tinggi kadar air, kilap batang rotan makin suram. Adanya zat-zat yang mengandung lemak dan berminyak turut mengurangi kilap. Kekerasan atau elastisitas rotan menunjukkan bahwa batang rotan tersebut mampu menahan tekanan atau gaya tertentu. Tingkat kekerasan atau elastisitas sangat dipengaruhi oleh kadar air, umur rotan pada saat dituai, dan posisi batang rotan yang digunakan (pangkal, tengah atau bagian ujungnya). Rotan juga memiliki ruas-ruas. Ruas adalah bagian batang di antara dua buku. Ruas batang rotan akan berbeda pada bagian pangkal, tengah, pucuk, dan akan selalu makin panjang pada bagian pucuknya. Panjang ruas batang rotan bervariasi antara 2 cm -50 cm.

Sumber Gambar :
https://www.google.com/url?sa=i&url=http%3A%2F%2Fringkasanmaterikerajinan.blogspot.com%2F2018%2F09%2Fkerajinan-berupa-kayu-bambu-dan-rotan.html&psig=AOvVaw08in7Ue3_6KZxNZXbmIPlh&ust=1599365747421000&source=images&cd=vfe&ved=0CAIQjRxqFwoTCIDRhO-T0esCFQAAAAAdAAAAABAD

Tidak ada komentar:

Posting Komentar